Long Distance Love

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Imazahra, dkk
Masih dari Teh Rini ;)
Masih dikasi 4 bintang karena buku LPPH, hehehe.
====

Judul : Long Distance Love
Pengarang : Imazahra dkk
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Tahun : 2009
Genre : Pernikahan
Tebal : 332 Halaman
ISBN : 978-602-8436-01-4


Mahligai rumahtangga bukan negeri dongeng. Perkawinan adalah semacam istana, tapi harus dibangun dan dirawat oleh kedua belah pihak. Ia bukan sekadar tempat berteduh, bernaung dari hujan dan panas. Bila catnya aus, temboknya meretak, lantainya berembun, gentingnya bocor, maka suami-istri harus bahu-membahu menangani sehingga rumahtangga menjadi tempat hati berpulang, tempat hati bersemayam, tempat hati teringat akan suatu komitmen suci lagi sakral. Tetapi bagaimana kalau mitra yang diharapkan senantiasa menjadi pendamping (selayaknya esensi makna teman hidup) tidak ada di sisi untuk tempo yang lama?

Memang topik yang diangkat buku ini relatif tidak baru. Saya pernah membaca, antara lain, jungkir baliknya Nadhira Khalid membereskan urusan rumahtangga dan merawat anak sakit yang masih sangat kecil di La Tahzan Cinta Tak Pernah Menyerah (d/h The Real Dezperate Housewives, LPPH, 2005). Pengalaman beliau menunjukkan bahwa Long Distance Love adalah sebuah risiko, sebuah mata rantai dalam perjalanan membina keluarga dengan pasangan hidup, meski hati siapa pun tentu enggan menjalaninya kalau saja diberi pilihan untuk itu.

LDL mengupas upaya memelihara cinta yang terpisah jarak dalam spektrum agak luas, dalam arti tidak hanya menyangkut suami-istri tetapi juga kekasih dan antara orangtua dengan anak. Banyak segi dihadirkan, yang tentu saja cukup getir dan mengaduk perasaan. Lintang pukang saat anak sakit, pasangan sakit, diri sendiri sakit, memaksakan diri mandiri, kerinduan yang menggebu menyatu dengan cemburu, dan lain sebagainya. Keberbedaan buku ini terlihat dari peranan Imazahra selaku penggagas ide yang menggelontorkan pembuka dan penutup dalam bab tersendiri, berikut tips-tips yang berasal dari pengalaman pribadi. Dengan blak-blakan Ima merinci ceritanya, termasuk persoalan penolakan visa saat mengupayakan bersatu lagi dengan si jantung hati. Semua tahap diutarakan dengan bahasa khas Ima yang “transparan”.

Dari dua puluh dua kontributor yang berbagi kisah dalam buku ini, berikut yang cukup “menyita” atensi dan minat saya dalam porsi paling besar:

1. Cinta Nan Merentang Jauh: Weil wir dich vermissen, Ayah.. (Eva Y. Nukman). Aktivis buku (baca: penulis, penerjemah dan editor) senior ini menunjukkan kekampiunannya dengan inovasi penulisan ala fiksi berformat naskah film. Ada kamera bergerak, ada adegan-adegan mencuat, ada ekspresi yang mengutuhkan kegelisahan. Cerita beliau memaparkan bahwa keresahan menjalani LDL tidak hanya membebani rasa seorang istri dan ibu, namun juga seorang ayah. Pengorbanan selalu mahal, demikian pelajaran dari tulisan ini. Kita selaku manusia tak selayaknya menghendaki semua diraup dengan tangan yang hanya dua. Itulah sebabnya ada urutan, ada angka, ada prioritas.

2. Mengakrabi Ibu Mertua (Shanti Saptaning). Ibu satu ini jeli melihat sudut berbeda, yang mengajarkan untuk bersyukur atas apa yang ada. Membaca tulisannya, kita diajak menyadari bahwa pernikahan –khususnya di Indonesia– adalah kerjasama dua keluarga besar. Tak perlu dicekam stigma negatif berbagi atap dengan ibu mertua, karena kenyataannya beliau dapat dijadikan tempat bersandar. Kisah yang membuka mata dan hati secara luar biasa.

3. Jangan Jauh-jauh dari Mas, Ya.. (Leila Rizki Niwanda). Romantisme pengantin baru disajikan dengan padat dan gamblang, A sampai Z mengenai kecamuk pikiran, apa yang menghalangi keinginan bersatu seterusnya, apa yang diupayakan berdua. Cerita Leila unik sebab LDL terjadi dalam satu negara dan mencakup dua “persoalan”: pekerjaan dan pendidikan. Melalui tulisannya, pembaca yang mengalami permasalahan serupa dapat mempraktikkan langkah-langkah yang perlu.

4. Catatan Cinta Sebuah “Setrika” (Revina Octavianita). Ramuan segar yang menularkan keceriaan di kalbu. Bukan saja karena dituturkan dari sudut pandang pria, namun mengalir natural dan mengundang gelak tawa dengan mudahnya. Tulisan ini salah satu yang paling "bersinar" bahkan sejak saya membaca softfile naskah LDL untuk menorehkan endorsement. Dengan piawai, Revina dapat mengutuhkan humor tanpa menyinggung. Istilah Ibu Mabes, panggilan untuk seorang istri, terngiang terus dalam benak saya.

5. Diary Pulang Seorang TKW (Vanny Mediana). Banyak dialog tidak menjadikannya bergeser dari inti sebuah tulisan non fiksi. Cukup sering terdengar perkara suami-istri yang tak mampu bertahan setia begitu terentang jarak, meski ini tidak mutlak terjadi (baca: yang serumah sejak awal pun rentan godaan). Cerita ini dramatis secara proporsional, menyuguhkan realita pahit satu kemungkinan LDL dan menggedor ingatan saya pada ucapan seseorang, "Kalau berjauhan dengan suami dalam waktu lama, siap-siap saja dia pulang bawa perempuan lain." Pedih namun tak bisa dielakkan (sehingga apa yang disebut LDL tidak dibungkus impian dan harapan belaka), mengingat hati adalah bagian diri kita yang cukup rapuh.

Secara umum, penyampaian dalam buku ini cukup jernih meski ada yang bisa dipersingkat atau dibuat lebih spesifik. Misalnya Puzzle yang Tak Sempurna dan Aku Tak Mau LDL dapat digabungkan menjadi satu cerita. Typo relatif tidak banyak. Akan lebih elok bila jumlah pelaku LDL yang berjauhan karena pekerjaan sebanding dengan yang “terpisah” oleh keharusan menimba ilmu.

Tegas saja pesan buku ini, salah satu elemen super penting dalam perkawinan adalah kepercayaan. Menikah berarti percaya, menautkan hati berarti percaya, menggandeng berarti percaya, maka nikahilah orang yang bisa dipercaya dan jagalah kepercayaan teman hidup kita. (rini)

Comments

  1. aku juga terpikat dengan gaya bercerita mbak Vina dan rajutan cerita Ima :)

    ReplyDelete
  2. Dee hanya mau ngasih kabar jatah buku LDL dan Jodoh dari Negeri Eiffel udah sampai hr ini, makaish utk LPPH ya, Dee, Ima dkk

    ReplyDelete
  3. uuuhh.. jd makin ngga sabar pengen baca bukunnya!
    semoga minggu depan dah nyampe sini :-)

    ReplyDelete
  4. Waah Titin, aku mahmungkin mudik ntar baru bisa pegangnya, utk sementara ini klg di lampung yg udah duluan pegang...*sabarr lagi deh*

    ReplyDelete
  5. aku sudah bacaaaa
    *siapa yg nanya? :">*

    ReplyDelete
  6. Hayo, kerjakan PRmu, mana mana mana??????? :-p

    ReplyDelete

Post a Comment