Katastrofa Cinta

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Afifah Afra
Ini resensi dari Teh Rini Nurul.
Makasih ya, teh ;)

=============

Judul : Katastrofa Cinta
Pengarang : Afifah Afra
Penerbit : Lingkar Pena Publishing House
Tahun : 2008
Genre : Novel Dewasa
Tebal : 270 Halaman
ISBN : 979-136-754-7

Sejak lahir, Astuti sudah menyandang beban berat ekspektasi nenendanya. Itulah sebabnya Raden Nganten Sunarsih bersukacita mengetahui cucu pertamanya perempuan, karena kelak dapat “memurnikan” kembali darah biru dalam keluarga dengan mempertemukan jodoh yang “tepat”. Karena itu pula, Sunarsih bersikukuh menamainya Sekar Kusumastuti alih-alih Fatimah az-Zahra sebagaimana diniatkan orangtuanya, terlebih mendapati sang cucu berparas sangat Arab seperti ayahnya. Demi cita-cita akan martabat pula, Sunarsih merenggut Astuti dari pelukan kakeknya dan ingin membesarkan cucu tunggalnya itu dengan pola Barat yang modern, bukan pendidikan ala pesantren yang dipandangnya rendah.

Tapi siapa yang mengetahui hari esok? Astuti terjerembab dalam lautan kelam tak bertepi. Ia jatuh dari pelukan satu lelaki ke lelaki lain, ternoda sejak usia sangat dini. Semula terpaksa dan merasa disakiti, namun lama-kelamaan ia menikmati dan memanfaatkan kemolekannya. Nyaris setali tiga uang dengan Mei Hwa alias Cempaka, putri bungsu tumpuan keluarga yang cerdas dan membara mengejar asa tetapi runtuh oleh peristiwa tragis Mei 1998. Ia kehilangan kehormatan dan menyalahkan pemuda yang sempat merebut simpatinya, seorang demonstran, sebagai pelecut segala kehancuran itu.

Dibeberkan dalam dua sub plot, perihal Astuti terasa lebih memikat dengan latar zaman dahulu dan nuansa budaya Jawa yang lekat. Keterhenyakan Raden Kerta karena sang istri begitu mabuk kedudukan, kendati menerima ikhlas dirinya menjadi saudagar dan bukan pegawai pemerintah. Perlawanan Mukhlis sang menantu yang ingin membuktikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami, sementara Raden Nganten kerap melecehkan harga dirinya. Perjalanan Astuti yang penuh duri meremas emosi, terutama saat kepergian kakeknya yang mengenaskan dalam penyerangan pesantren bermotif dendam para pendukung komunisme.

Afifah Afra mengemas cerita dengan amat apik sehingga saya larut dalam kedua kisah tanpa merasa bingung, meski di beberapa sisi, uraian mengenai Cempaka kurang menggigit. Ia terus-menerus mengkhayalkan diri sebagai burung atau rase terbang, kadang kala kera sakti. Toh kejutan-kejutan di ujung cerita tidak terusik karenanya.

Kelebihan novel yang disebut-sebut lintas zaman di sampulnya ini terletak antara lain pada penggarapan pembuka kisah. Kehadiran Sutoyo si tukang sampah sempat menimbulkan tanya mengenai korelasinya dengan judul dan tema. Tetapi seperti biasa, Afra menghidangkan karyanya secara menawan. (rini)

Comments

  1. Hihi..dipajang di sini...jadi maluw:)

    ReplyDelete
  2. Hmmm, ini salah satu novel favoritkuhh...!! ^_^

    ReplyDelete
  3. @ rinurbad: teh rini sip dah! ;)

    @ azzura: cieh cieh.. (lho kok jd cieh sih? :D)

    ReplyDelete
  4. ko tadi gak liat ya?? di bazar..huks

    ReplyDelete
  5. @ berry89: balik lagi ke bazaarnya, mbak :D

    ReplyDelete
  6. wah jadi mau beli...mau baca dan belajar gaya penulisan mbak yeni :)

    ReplyDelete
  7. @ 3rdevolution: belilah... :D

    @ annidalucu: eh, emang blm punya ya, fe?

    ReplyDelete

Post a Comment