The Girls of Riyadh

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:Rajaa Al Sanea
Selain dikenal sebagai “juragan minyak”, Arab Saudi juga dikenal sebagai negara yang menerapkan syariah cukup ketat. Dalam beberapa hal, tak heran, kita tak benar-benar tahu bagaimana sebenarnya kehidupan gadis-gadis Arab Saudi, dibanding misalnya kisah-kisah kehidupan gadis di belahan dunia barat yang begitu menjejali majalah dan televisi.

Dan dari kerajaan kaya inilah Qamrah, Shedim, Lumeis, dan Michelle berasal. Empat gadis yang menjadi tokoh utama buku ini. Sosok dan kisah mereka--katanya--nyata, hanya nama yang disamarkan.

Rajaa Al Sanea, sang penulis, menuturkan kisah keempat sahabat (atau bisa jadi Rajaa termasuk satu dari empat gadis tersebut?) dalam format e-mail. E-mail yang dikirim setiap hari Jum’at selama satu tahun oleh seorang yang tak jelas identitasnya, dan menjadi perbincangan “panas” di negeri tersebut. E-mail-e-mail tersebut berisi kisah Qamrah dkk dalam menjalani hidup sebagai wanita Arab Saudi. Setiap kisah diawali pengantar yang menurut saya cukup cerdas (cenderung rebel?) dan quote-quote yang menarik.

Qamrah adalah gadis yang “terjebak” dalam pernikahan semu. Setelah menikah, ia diboyong Rasyid, suaminya, ke Chicago, AS. Ternyata di sana Qamrah mengetahui Rasyid memiliki selingkuhan, wanita asal Jepang yang pernah menolong Rasyid saat ia kekurangan biaya kuliah. Qamrah pun dicerai Rasyid dan dipulangkan ke Riyadh saat ia tengah mengandung. Hamil, menjanda pula, Qamrah harus menghadapi pandangan sinis masyarakat Arab yang menganggap “janda hamil” adalah sebuah aib.

Shedim, gadis cantik yang “terjebak” cinta semu. Ia menyerahkan kegadisannya pada Walid, tunangannya, hanya untuk “membuktikan” cinta seutuhnya. Namun, sang tunangan malah meninggalkannya tanpa berita. Sedih dan sakit hati ditinggalkan Walid, Shedim pergi ke London dan mendapat kesempatan bekerja di sana. Faras, pria Arab (juga) merebut hati Shedim. Keduanya sama-sama jatuh cinta. Namun, Faras ternyata lebih memilih menikah dengan wanita lain.

Sementara, Michelle, sejak kecil tumbuh dalam budaya Amerika. Saat pindah ke Riyadh, ia merasa budaya Arab banyak mengekang kehidupannya. Gadis yang berayah Arab dan ibu Amerika ini seperti halnya Shedim, ditinggalkan oleh kekasihnya Faishal, yang lebih memilih menikah dengan gadis pilihan keluarganya. Dan Lumeis, gadis terakhir, adalah sosok yang cerdas yang berhasil, baik dalam pendidikan (menjadi dokter) maupun kisah cinta.

Kisah mereka memang bukanlah kisah baru. Percintaan, pengkhianatan, sakit hati, pencarian terhadap Mr. Right, hamil di luar nikah dialami banyak gadis manapun di setiap pojok dunia. Menjadi menarik--mungkin--karena gadis-gadis ini berasal dari Arab Saudi, negara yang cenderung “tertutup” dan tak banyak mengekspos kisah-kisah wanita di dalamnya.

Rajaa Al Sanae, penulis yang juga seorang dokter, dalam majalah Muslim Girl berkata bahwa gadis-gadis Saudi modern, terdidik, cerdas, dan stylish. Tapi saat bicara insting dasar seperti cinta, mereka harus berhadapan dengan tradisi yang tak mudah didobrak.

Maka buku ini seakan berniat mendobrak tradisi, terutama tradisi yang masih menempatkan wanita pada posisi yang lemah. Harus diakui, masyarakat—dalam hal ini Muslim—masih banyak yang belum adil bersikap pada wanita. Dengan tegas, Al Sanea pun menulis: “Perempuan dituntut berwawasan luas, tetapi di saat yang sama, masyarakat masih berpandangan wanita seperti ini tidak mampu menjadi istri yang baik”. Juga kegusarannya terhadap laki-laki yang plin-plan: “Pemuda yang tidak tahu apa yang diinginkannya memang tidak pantas bersanding dengan perempuan yang tahu dengan pasti masa depannya”.

====

Judul: The Girls of Riyadh: Kisah Email Empat Gadis Saudi Arabia yang Menghebohkan
Penulis: Rajaa Al Sanea
Penerbit: Ramala Books (Ufuk)
Tebal: 406 halaman



Comments

  1. lagi baca the prncess II mbak..
    aku kok rasanya gimana yah baca buku
    ada ga rela nerima isi buku itu karena yang nulis mandang dari persepsi dia (bulek tea)

    mau baca buku ini ..tapi takut kesel juga :-P

    ReplyDelete
  2. mbak blm baca princess ii, na.
    gapapa, gak trima, protes aja via review ;)

    ReplyDelete
  3. wah keren...resensinya! :D

    jadi bikin penasaran ama bukunya :D

    ReplyDelete
  4. udah baca buku ini, mayan emang, setidaknya membuka wawasan kita terhadap dunia perempuan di arab sana.

    ReplyDelete
  5. makasih reviewnya say...
    nyari ahhhh...

    ReplyDelete
  6. lumayan fe, meski kalo dipikir2, kayak kisah gadis tetangga sebelah, cuma beda nasib (baca: kaya) aja, hehe

    ReplyDelete
  7. iya, mbak, kalo dipikir2 problem gadis di mana2 sama aja yak, beda kultur aja :)

    ReplyDelete
  8. hai mba dee....hehehehe
    udh lama gak main ke kantor...utk minta majalah...kikiki ;p
    sm pinjem buku...hehhehee ;p
    kangen mba dee

    ReplyDelete
  9. eh, aya! piye kabare?? kangen juga neh ;)
    minta? beli donk! huehehe

    ReplyDelete
  10. idem...makanya sampe skrg maju-mundur beli novel model bgini :D

    ReplyDelete
  11. cuma 3 bintang ya mbak? boleh tau knapa? ^^

    ReplyDelete
  12. mba Dee, ikutan berbagi pandangan ya, :-)

    saya juga kebetulan sudah baca Princess. Cerita, bahkan historis keluarganya mirip sekali dengan buku ini. Keduanya sama-sama mengclaim sebagai sebuah autobiografi dari royal Family di kerajaan di Saudi Arabia (kalau di Princess kerajaan Al-Saud). Namun logika saya bertanya, kalau benar-benar menuliskan sebuah cerita yang mendetailkan kerajaan sebegitu lengkapnya (bahkan sampai menyebutkan sebagai cucu dari raja Saud, dengan seorang saudara dan 3 saudari) mengapa Sultana--nama samaran itu, masih perlu menyembunyikan identitasnya? Dan kalaupun kehidupan kerajaannya sedemikian kejamnya, bukankah seharusnya Sultana sudah keburu 'dipancung' duluan, sebelum buku itu jadi Bestseller? Saya pribadi setuju cerita ini jadikan fiksi, namun buku ini sedemikian beraninya mengaku sebagai kisah nyata :-( Semoga nggak ada hidden Agenda di buku-buku seperti ini.

    oh iya, untuk princess sendiri sudah banyak bermunculan kontroversi:

    There is some controversy with this book. It contains some allegations (such as the suggestion that female genital mutilation is widely practiced in Saudi Arabia) that just aren't true. The errors that I was able to identify make me wonder how much of the book I really can believe. Its deep negativity regarding Arabian society makes me suspicious--I would expect more of a balance between negative and positive if the book was truly trying to portray how life really is for women there.

    atau:
    The book is unrelentingly negative. It portrays a very one-sided perspective on what life is like for women in Saudi Arabia. Clearly, the narrator has very strong opinions. I did find myself wondering whether it is truly as bad as she says, or whether there is a positive side that she doesn't bother to acknowledge. Although I know that women do face legitimate human rights issues in Saudi Arabia, the lack of balance in this narrative makes me question whether the book is offering an accurate view.

    http://www.shira.net/bookrvws/princess.htm

    punten, kepanjangan....
    Mungkin mba Dee tertarik menerbitkan buku serupa yang lebih sehat? Ditunggu, insyaAlloh...:-)

    ReplyDelete
  13. Lagi baca bukunya teh...
    Menurutku ga terlalu menarik, makanya bacanya ga kelar2

    Tapi klo ga selesai bacanya, jadi ga bisa review dan komentar!!!!

    Tampaknya....setelah buku ini, males deh baca buku yg setipe

    ReplyDelete
  14. hehe, sebenarnya buku ini biasa (dari sisi teknik penulisan, isi, dsb). tadinya mo dikasi 21/2 aja, tapi mba lumayan lancar bacanya, so digenapin 3 deh ;)

    ReplyDelete
  15. makasih reviewnya sultan. saya belum baca princess, nanti dicoba scan (gak janji baca tapinyah, hehe).
    betul, buku yang "kurang sehat" memang harus dilawan dengan buku yang "sehat".

    ReplyDelete
  16. kalo gak menarik dan cape bacanya, baca yg lain aja, ren ;)
    saya sendiri belum baanyak baca buku2 sejenis ini, cuma agak "capek" dengan gaya covernya yg setipe...

    ReplyDelete

Post a Comment