Buku di Mei

Rating:★★★
Category:Other
1. Bukavu (Helvy Tiana Rosa) - Lingkar Pena Publishing House, 2008 * * * *
Bisa dibilang, hampir semua cerpen yang ada di buku ini sudah saya baca. Tapi, karya-karya Mbak Helvy, menurut saya, adalah karya yang nggak akan bosan dibaca untuk kedua kali atau mungkin beberapa kali. Sayangnya, editingnya kurang cermat, daftar isinya juga ngaco :(

2. Bukti Cintaku Pada-Mu (Astrie Ivo) – Mizania, 2008 * * *
Memaparkan pengalaman, perjuangan, serta kontemplasi Astrie Ivo dalam memaknai perintah berhijab. Dituturkan lugas dengan bahasa yang sederhana, lumayan bikin merenungi kembali hakikat “hijab”. Meski, kurang dalem siih…

3. Charlotte dan Jaringnya (EB White) – BPK Gunung Mulia, 1981 * * * *
Nemu buku edisi Indonesia ini di Pasar Festival, terbit 27 tahun lalu. Buku bagus emang nggak bosan untuk dibaca ulang ya. Meski penyebutan POV “aku” dan “saya” nggak konsisten, editingnya pun agak kacau. Tapi seneng sama ilustrasinya, ekspresi Wilbur, Templeton, Angsa, cucok banget. Ekspresi Charlotte? Ini mah nonton filmnya ajah. Ilustrasi di buku cuma kayak noda tinta hehe.

4. High Society (Sarah Mason) – Gramedia, 2007 * * *
Kalo lagi bete, saya emang sukanya baca yang enteng-enteng. Untung kagak salah milih nih chick-lit. Lumayan. Narasinya cukup kocak, dan terutama yang saya suka karakter tokoh-tokohnya yang “apa adanya”. Plotnya linear, endingnya ketebak, happy lah ya. Pesannya: witing tresno jalaran soko kulino (haiyaahhh)

5. Jangan Bunuh Obama (Hermawan Aksan) – Mizan, 2008 * * *
Judul buku ini bombastis memang. Awalnya pernyataan Doris Lessing (peraih nobel sastra 2007), lantas fakta bahwa Obama mendapat penjagaan khusus lebih awal dibanding capres lain, makin menguatkan pernyataan Lessing? Benarkah? Buku ini mencoba menganalisis hal tersebut, tapi sayang kurang komprehensif. Dari 9 bab, hanya setengahnya yang membahas soal kemungkinan Obama akan dibunuh bila menjadi presiden AS. Bab lainnya lebih memaparkan tentang pribadi Obama, keluarga, serta kampanye capres.

6. Kapten March (Geraldine Brooks) – Hikmah, 2007 * * * *
Pengennya ngereview terpisah, ntar dah (kalo sempet dan gak janji, kekeke). Yang jelas buku ini kuat (samson kali...), yah secara peraih pulitzer gitu, masak kagak bagus seeh.

7. Road to Happiness (Asa Mulchias) - Indiva, 2008 * * *
Orang yang bahagia tentu bukan orang yang tak pernah sedih. Tapi, kebahagiaan adalah saat kita bisa menempatkan kesedihan, musibah, dan segala lara dalam porsinya. Nggak larut tapi juga nggak mengabaikan hikmah yang ada di dalamnya. Buku ini cukup bagus buat remaja, ada bab yang khsuus berisi humor dan banyolan-banyolan, meski buat yang sering browse di internet, banyolan-banyolan itu bukan hal baru.

8. The Cradle will Fall (Mary Higgins-Clark) – Gramedia, 1995 * * *
Maksud hati mau menuntaskan sisa 3 novel pinjeman tetangga sebelah (dari 10, weks!). Apa daya cuma 2 yang kebaca (yang ini dan yang no 9). Udah agak lama nggak baca karyanya Mary Higgins, lumayan asyik dinikmati. Tokoh-tokoh utama dalam novel Higgins kebanyakan perempuan, dengan segala permasalahan, namun tegak kukuh berlapis baja *halah*

9. Where are the Children (Mary Higgins Clark) – Gramedia, 1996 * * *

10. Will & Juliette (Prisca Primasari) – Lingkar Pena Publishing House, 2008 * *
Will Amethyst Rivendell, mantan vokalis sebuah band beken di New York, punya janji di acara Meet the Rocks Legends 12 tahun lalu. Bahwa dalam Meet the Rocks Legend berikutnya, ia harus sudah menikah. Kalau tidak, ia harus siap menanggung malu, dilempari roti basi, tomat, mayonnaise dll, dan ditonton ribuan orang lewat televisi. Saat diajak Vai Rhea, teman satu bandnya, ke undangan ulang tahun sepupu Juliette Elvish, gadis rabun senja yang juga seorang penulis, Will kontan mengiyakan. Di acara itu Will nekat melamar Juliette. Sayang, Juliette akan menikah dengan orang lain. Will tak putus asa, apalagi ternyata Juliette tak jadi menikah. Dari perkenalannya dengan Juliette, Will makin mengenal Islam, dan ingin benar-benar menikahi Juliette, bukan sekadar karena taruhan acara Meet the Rocks Legend.
Novel yang ringan, tapi… terlalu tell it. Saya serasa dianggap “tak tahu apa-apa” sebagai pembaca. Juga banyak logika cerita yang kurang sesuai. Buat yang suka cerita-cerita ringan nan romantis dan nggak perlu banyak mikir, boleh lah.

Comments

  1. High Society lumayan kocak, lainnya belum baca. Oya Mbak, buku hadiah kuis di Annida itu yang ditanyain di soalnya bukan?

    ReplyDelete
  2. iya, agak2 geblek juga ya sarah mason, jadi pengen baca bukunya yg lain.
    hadiah kuis? iya mbak, yang ketika cinta, tapi yg leaving microsoft, penerbitnya keabisan stok buku itu, so diganti buku lain :(
    mba menang yak? ;). insya Allah sdh dibungkus yg ketika cinta tuh.

    ReplyDelete
  3. Wah, ini kan diterbitkan LPPH dan blurbnya bombastis, berarti novel2 LPPH menurun ya Mba???

    Bacaan lainnya, ck ck ck, belum baca semuaaaaaaaa, gak bisa komen, huhuhu...
    *as always, kecepatan membaca Mba Deeyand membuatku amazed!*

    Mba, ayuk buku kita juga *menghantui kembali* :-p

    ReplyDelete
  4. hehe, blurb bombastis wajar kok, ma, tergantung segmen yang dituju LPPH. nah, kayaknya daku gak masuk segmen itu, kekeke.
    hayuuukkk... tapi.... *kabuuurrr* hihi

    ReplyDelete
  5. kereeeen....
    10 buku *kagum*
    yang no. 6 aku sdh baca

    ReplyDelete
  6. sama mbak.. beli yg enteng2 buat keperluan klo bete hehe..
    boljug rekomendasinya.. kubeli ya yg punya mbak dee? ;))

    ReplyDelete
  7. mbak.. pengen bahas yg ini o.o.t. gak yah..
    ini apa sama dgn novel menggurui? abis gak ngerti juga, contohnya aac-nya kang abik kan dibilang gak menggurui.. pdhl klo dibaca oleh org yg udah ngerti kan merasa "tell it" jg..

    ReplyDelete
  8. Iya hehehe. Soalnya malam ini mau ke Gramed, kalau dobel kan sayang. Yang no. 10 itu kayaknya kelemahan standar buku islami yang bersetting luar negeri. Suka 'berusaha terlalu keras' untuk membuktikan latarnya.

    ReplyDelete
  9. pulang nanti mau beli buku juga ahhh...
    ada yang tahu, toko yang jual buku diskon di atas 25%?

    ReplyDelete
  10. haaa.. bacaannya banyaaakk... *menjura*
    bulan mei aku baca atonement dan macet, hihihi.. lalu sekarang lagi ikut proyek baca bareng rara mendut :D

    ReplyDelete
  11. Emangnya spt apa Mba gaya nulis settingnya? Whua, jadi pingin beli biar bisa dipelajari, hihihi...

    ReplyDelete
  12. lagi pengen baca bukavu, tp kayaknya mesti nunggu jadwal mudik neh :-(

    ReplyDelete
  13. ya ampun mbak dee rajin sekali...sebagian buku-buku itu aku juga baca tapi mau bikin review kok gak jadi-jadi ya....hiks...

    ReplyDelete
  14. Huaaaa...aku suka banget kata2 di atas...
    TFS, Mbak...

    ReplyDelete
  15. jadi tertarik pengen baca Bukavu dan Kapten March nih.

    ReplyDelete
  16. Penasaran nih, buku aslinya minim ilustrasi. Saya sampe hafal krn harus bacain beberapa kali buat anak2....:-(

    ReplyDelete
  17. baru punya nomor satu....sisanya pinjem mbak Dee..qiqiiqiqi

    ReplyDelete
  18. cuman punya (dan udah baca) mary higgins sama sarah mason ..hihihi
    eh, tapi thousand splendid suns-nya udah kelar dong bacanya :)

    ReplyDelete
  19. ah mba endah, aku lebih kagum ama mba yg rajin ngeresensi panjang dan detil. aku mah cuman 1-2 baris gini, hehe.
    kapten march?? pasti udah diresensi juga ya? meluncur ahh

    ReplyDelete
  20. toosss! ;)
    haha, serius? mo mudik ya, nit?

    ReplyDelete
  21. agak2 mirip, nit. meski cerpen/novel yang "show it" pun bisa menggurui kalau nggak bagus mengemasnya. "tell it" itu lebih ke bagaimana ia mengemas kalimat demi kalimat, deskripsi, yang cenderung verbal. pembaca jadi gak dikasi "pembelajaran" untuk menyelami makna sebuah cerita. contoh sederhana: kalimat "matahari bersinar terik membuatku berkeringat" dengan "panas membakar, peluh menganak sungai di dahiku"
    tentang aac-nya habib, tell it yang onit maksud kayaknya lebih ke pesan-pesan ya? bis ajadi seperti itu. tapi dari sisi pengemasan kisah dan penggunaan diksi, menurut mba juga masih teel it tuh :-)

    ReplyDelete
  22. wah, untung nanya dulu mbak ;)
    kalo berusaha terlalu keras membuktikan setting sebenarnya oke aja.
    walau fiksi tapi kalo nyebut setting yang benar-benar ada, maka deksripsinya pun harus sesuai. cuma kalo pengemasan cerita kurang memilih bahasa, akhirnya ekring.
    jadi inget, novelku yg berlatar aussie juga sempat dapet kritikan soal setting tsb hehehe.

    ReplyDelete
  23. kalo setting cukup bisa "dipercaya", secara daku dah pernah ke ny *halah, belagu* tapi blm pernah ke empire.
    cuma mungkin agak niru film kali ya, nothing new. penulisnya sendiri mengakui kalo novel itu terinspirasi dari film2 romantis yg bersetting new york. saat will dan juliet beromantis ria di empire, aduuuh sleepless seattle bgt.

    ReplyDelete
  24. kalo di atas 25% agak jarang ya, mbak. kecuali pas book fair (ikapi bookfair juni ini, indonesia book, biasanya oktober/november), islamic book fair maret).
    toko buku online biasanya ngasi diskon 15-20%.
    ada tuh palasari online, ngasi diskon cukup gede dibanding TBO2 lain.

    ReplyDelete
  25. apa?? rara endut?? jangan nyindir saya dong, ti, kekekeke
    atonement, pelemnya oke, bukunya pasti lebih oke (kayaknye)

    ReplyDelete
  26. mudiknya dipercepat ajah *deziggghh* :D

    ReplyDelete
  27. gak rajin, mbak, buktinya bikin review cuma secuil2 gini, borongan pula. daku memang pemalas hehe

    ReplyDelete
  28. silakan, mbak... dikit lagi jakarta book fair, borong dah :-)

    ReplyDelete
  29. Buku yang ini gak terlalu banyak juga ilustrasinya mbak, per-bab ada 1-2 halaman ilustrasi lah.
    wah hafal? kerennn... kapan2 mau ah didongengin ma mba vanda hihi

    ReplyDelete
  30. aku jadi pengen baca novelnya mason yg playing james hehe. kocak juga katanya, yg high society ini sekuel dari playing james.
    gimana thiusand splendidnya, shant?

    ReplyDelete
  31. Yah, kadang menyelipkan bahasa asing tapi nanggung, atau kebanyakan deskripsi yang nggak penting.

    ReplyDelete

Post a Comment