Tak Ada Jenis Kelamin di Angkutan Umum

Saya percaya, masih ada orang yang punya hati. Berkenaan dengan hal yang mau saya tulis adalah soal bersikap di angkutan umum, tepatnya mengutamakan tempat duduk pada yang lebih membutuhkan (orang tua, orang cacat, wanita hamil, orangtua yang membawa anak kecil). Memang sih, di bus biasanya yang ada cuma 3 hal doang). Cuma secara etika, melihat seorang ibu atau bapak yang menggendong anaknya masih kecil, orang cenderung untuk mendahulukan/memberi tempat duduk.

Tapi sepertinya saya harus memupus hal tersebut, satu persatu, semuanya. Tak ada jenis kelamin di angkutan umum, tak ada orang dewasa vs anak kecil, tak ada orang cacat. Semua orang sama di angkutan umum. Eh, ada sih, saya (dan mungkin anda!), hehe. Tanpa bermaksud ujub, insya Allah saya berusaha mendahulukan tempat duduk untuk orang tua (ibu2 atau bapak2), ibu hamil, orangtua yang membawa anak, orang cacat, bahkan sering juga kepada sesama wanita yang menurut saya dia lebih tua--meski sama-sama muda.

Ceritanya kemarin saya ngajak Ayesha, keponakan, ke acara World Book Day di Museum Bank Mandiri, Kota. Biasanya kalau ngajak Ayesha jalan-jalan saya selalu menggunakan taksi. Selain lebih aman, juga lebih nyaman buat anak kecil. Soalnya saya suka miris melihat orangtua yang membawa anaknya yang masih kecil--bahkan bayi--naik kendaraan umum seperti bus atau metromini. Tahu sendiri, bus atau metromini di negeri kita kayak gimana? Himpit-himpitan, ngebut, bawa penumpang kayak bawa karung. Memang sih, orangtua kadang nggak ada pilihan.

Kemarin itu saya dan Ayesha menumpang bus transjakarta. Saya pikir hari Sabtu nggak terlalu ramai, terus bus transjakarta juga cukup aman dan nyaman. Naik dari halte Megaria, terus transit di Dukuh Atas. Dari Megaria sih pas naik bangku terisi penuh, tapi seorang Mbak yang duduk di bangku dekat pintu, langsung memberi tempat duduk, melihat saya menggendong Ayesha. Bocah ini tertidur di tengah jalan. Nah, pas transit di Dukuh Atas untuk menuju Kota, bus cukup penuh. Otomatis berdiri deh.

Seorang penumpang laki-laki agak kasihan melihat saya, terus menyuruh saya, "Agak ke tengah aja Mbak," sepertinya dia berharap saya diberi tempat duduk oleh penumpang lain. Tapi tahu sendiri, bus transjakarta (juga bus-bus lain) tidak menyediakan posisi yang cukup nyaman bagi penumpang untuk berdiri nyaman. Jadi saya tetap di dekat pintu, tangan kiri menggendong Ayesha, tangan kanan memegang besi (apa itu namanya yang dekat pintu) yang sejajar badan. Kalau di tengah kan pegangannya di atas kepala tuh. Bisa doyong dah, secara Ayesha udah lumayan berat, 14 kilo.

To be honest, saya tentu senang kalau diberi tempat duduk. Tapi, percaya atau tidak, tak ada satu pun yang memberi tempat duduk! Saya sih santai aja, alhamdulillah saya masih kuat. 14 kilo mah keciiil, biasa ngangkat karung, dulu kan mantan kuli, hihi.

Cuma saya jadi berpikir: Gila, betapa semakin tak pedulinya orang Jakarta!

Di hadapan saya, dua Mbak-mbak (atau ibu-ibu ya? agak muda sih) mengenakan jilbab. Yang satu mendengarkan walkman, satu lagi terlihat ngantuk. Tapi temanan, karena sempat saya lihat yang mendengarkan walkman sesekali memindahkan earphone, minta temennya dengerin (lagu dangdut, Dewi Persik kali, hehe). Cuek saja. Nggak peduli beberapa kali Ayesha agak merosot dan saya bergerak untuk menggendongnya lebih erat. Terus sebelahnya, seorang bapak bermata sipit. Sebelahnya lagi seorang mbak--mengenakan jilbab dililit. Sebelahnya lagi dua orang remaja cowok. Di belakang saya, dekat pintu sebelah kanan (kelihatan dong, karena saya dirinya agak miring), dua cewek, cantiik, kayak model, dua-duanya pake celana pendek (huah, pahanya mulus, hushh!). di depan mereka dua cowok, ganteng, kayaknya mereka jalan bareng. Dua orang cowok punggung-punggungan sama saya. Tadinya yang duduk cuma satu cewek, terus ada penumpang mau turun, yang cowok menyilakan temannya yang cewek buat duduk. Padahal saya tau banget, dia melihat saya menggendong anak kecil yang tertidur (bodo amat, emang gw viquirin, yang penting gw jadi cowok gentleman buat cewek gw, gitu kali, kekeke).

Terus ada juga, Mas-mas di sampingnya, dan suami istri bawa dua anak. Di sisi sebelah lain (tau kan, bus transjakarta pintunya di tengah dan di belakang, kanan-kiri) kebanyakan juga masih cukup muda-muda, bukan orangtua.

Saya sedih, bukan karena nggak dikasi tempat duduk, tapi karena keberatan Ayesha, hihi gak ding. Tapi karena semakin tidak peduli masyarakat.  Tak ada rasa kasih sayang terhadap orang yang lebih tua, wanita, ibu hamil, dsb. Naudzubillahi min dzalik. Saya yakin kok orang-orang di bus itu cukup sehat-sehat. Lagipula Dukuh Atas - Kota itu cuma 10-15 menit. Apa susahnya ya mendahulukan tempat duduk pada orang yang lebih membutuhkan?

Oh ya, menjelang kota baru saya duduk, itu pun karena bapak bermata sipit mau turun. dan Mbak berjilbab lilit yang duduk di sebelah kanan si Bapak menggeser duduknya. Ya ampyuuuun, Mbaak. Sehingga saya harus bergerak lebih ke dalam untuk duduk. Kenapa sih nggak mempermudah orang yak? Astagfirullah.

Sebenarnya saya juga sering menyaksikan ketidakpedulian seperti ini sebelumnya. Kalau saya duduk, saya akan memberikan tempat duduk saya (taela, powerpuff girl kekeke). Kalau nggak duduk, nah ini yang suka bikin gemas. Pernah ada ibu hamil nggak dikasi tempat duduk. Saya teriak aja, "Mas-mas yang  masih kuat, gantian dong ama wanita hamil.".

Pernah juga ada seorang Mbak di samping saya hampir mau pingsan. Di hadapan kami cowok-cowok (ya bapak2 ya mas2) duduk dengan santainya. saya lihat muka si Mbak pucat banget. Tiba-tiba badanya lemas, saya pegangin, sambil minta mas2 yang duduk untuk gantian. Baru deh diri. Busett!

Kalau hal "kecil" seperti itu saja, orang makin tak peduli. Gimana dengan hal-hal besar ya? Yang menuntut kontribusi banyak orang. Duh....


Comments

  1. wong daku pas hamil gede aja malah direbut hak tempat duduknya ama wanita juga kok mbak dee, hmm apa gak ktlaluan tuh.. kursi duduk khusus di KRL yg jelas-jelas ditulisi untuk bumil, manula dan org cacat , eh diduduki wanita muda yg seger buger gak hamil, waktu kuingatkan dianya malah ngambek...

    ReplyDelete
  2. waktu di KRL, pernah ada seorang ibu yang nyaris pingsan karena terus berdiri (mungkin kondisi badannya sedang nggak fit). aku bilang aja keras-keras, "bu, coba agak ke pinggir (dekat tempat orang-orang duduk), minta tempat duduk sama bapak yang itu!" kataku, sambil memberi akses jalan ke dekat tempat duduk. akhirnya ada juga yang memberi tempat duduk.

    *kita itu bangsa yang pasif (nunggu kejadian). pantesan... :P

    ReplyDelete
  3. heeeeeee....
    mungkin pelajaran budi pekerti mesti diajarkan lagi di sekolah2 kita ya.

    ReplyDelete
  4. iya mbak, kalo gak salah mbak pernah posting juga kan ya di mp?
    rasa solidaritas sesama perempuan aja udah gak peduli ya si mbak itu :(

    di chicago aku pernah naik bus, tempat duduk yang udah jelas2 dikasi sign untuk disable dan senior citizen gak akan diduduki meski bus kosong. di sini, boro-boro...

    ReplyDelete
  5. capedee
    maksudnya cape mbak dee? :D

    ReplyDelete
  6. ho oh, kang, pasif banget. perlu digebrak2 baru ngeh.
    action kang tian top deh!

    ReplyDelete
  7. Wah jakarta ama Malang sama aja ya... di Malang jg gitu Mba tp gak smuanya lho msh ada yg baik koq... kebetulan aja itu wktu Mba dee hehehe .... :D

    ReplyDelete
  8. adegan 2 cewek bercelana pendek dengan paha mulus (ini mungkin mau ke acara WBD juga nih..) plus dengan sikap 'gentleman' pacarnya itu lucu tuh... ;P

    anw, sentilan kecil macam ini cuma bisa terasa sama orang2 yg blum mati rasa, mbak..

    ReplyDelete
  9. Ini Jakarta, om ... kaku amat ama peraturan ..begitu, kan prinsipnya ...

    ReplyDelete
  10. betul, mbak. juga orangtua di rumah, dalam pengasuhan perlu mengingatkan hal2 ini.

    ReplyDelete
  11. sedih bacanya...kyknya bukan di jakarta aja kok mbak:D

    ReplyDelete
  12. iya, masih ada kok, vi, beberapa kali pernah bawa sepupu/keponakan lain yang masih kecil sering dikasi tempat duduk. tapi realitas spt ini, makin banyak lho.

    ReplyDelete
  13. iya, dan percaya gak, saya ketemu mereka di arena WBD hehe.

    iya juga sih, kalo udah mati rasa, apapun dipikirin buat kepentingan sendiri ya. tapi mudah2an yang sekarat rasa masih bisa diperbaiki :D (blm mati gitu)

    ReplyDelete
  14. sekitar satu bulan yang lalu, saya baca di koran, untuk transjakarta akan dibuat transjakarta khusus wanita (dengan waktu tertentu/spesifik). Karena setelah dilakukan polling, sekitar 95% wanita menyatakan membutuhkan perlakuan khusus tersebut. Usulan ini sudah dimasukkan ke Foke, namun wallohualam hasil akhirnya. Semoga berhasil.

    ReplyDelete
  15. di mana-mana ya.. berarti kurikulum nasioanl harus direvisi hehe

    ReplyDelete
  16. pernah tuh sama isteri dan anak ngalamain yg kayak gitu. hm, padahal gw tuh yg selalu care ngsih tempat sama cewe, apalagi ibu yg bawa anak. eh ini mah, mahasiswa pula, cuwk2 aja. untungnya malah ada preman yg ngasih t4 di belakang.
    makanya kadang bukan soal pendidikan atau nggak sih. tapi emang hati nurani.

    ReplyDelete
  17. beberapa tahun lalu pernah juga ada gerbong khusus wanita (kerata api jabotabek, kalo gak salah jurusan jakarta-depok). tapi, gak ngaruh tuh, haidar. kalo gak salah malah udah gak ada lagi gebrong khusu wanita.

    ReplyDelete
  18. berarti pendidikan hati nurani, hehe.

    ReplyDelete
  19. benar, mba Dee.

    Sebaik dan secanggih apapun aturannya, kalau ummatnya susah diatur dan mengatur diri, maka tidak ada hasilnya.
    Sebaliknya, kalau mental ummatnya sudah disiplin dan teratur. Maka aturan yang biasa-biasa aja menjadi luar biasa.

    Menariknya, ada sebuah survey yang dilakukan di Perancis, bahwa setelah ditelaah, pada bus-bus yang beroperasi ada kecendrungan penumpang wanita memilih tidak duduk di samping pria. Akhirnya, blok pemisahan antara pria dan wanita (sebagai bagian penghormatan) tercipta dengan sendiri.

    ReplyDelete
  20. tapi prianya pengen duduk di samping wanita, hehe.

    itulah, mental ya. tapi saya percaya mestinya ini bisa dibentuk. dengan pendidikan, peraturan (+ sanksi tentu).
    di bus transjakarta misalnya, dulu kalo ada penumpang naik dan dia wanita hamil atau bawa anak, petugasnya akan ngomong ke penumpang: Tolong beri bangku buat wanita hamil, buat ibu ini, dst. Tapi sekarang jarang denger ya. Kalo dibiasakan, mau gak mau kan penumpangnya diberi kesadaran tuh

    ReplyDelete
  21. Ya begitulah mbak..kehidupan di indo terutama dikota besar dijakarta sekarang ini, rasa toleransi ama yang membutuhkan masi kurang banget, elbih mementingkan diri sendiri dan beranggapan siapa loe siapa gue, gue bayar ini.......
    Mudah mudahan semakin banyak orang yang membaca artikel mbak ini, semakin memberikan pelajaran kepada kita makna saling tolong menolong, toleransi dalam hal sekecil itu tapi besar arti bagi yang membutuhkan.

    ReplyDelete
  22. Aku juga begitu, waktu itu pulang naik KRL kebetulan ama temen yg lagi hamil, yg duduk itu mas-mas/bapak2 yang masih seger. Bete ga ada yg nawarin tempat duduk, saya colek aja si mas-mas itu, " Mas, temen saya lg hamil nih, bisa ksh tempat duduk ga?". Dia sih berdiri cuma kyknya ga rela gitu deh. Mungkin kudu dicolek-colek dulu (duila, mang sabun colek :p)

    ReplyDelete
  23. Aku juga begitu, waktu itu pulang naik KRL kebetulan ama temen yg lagi hamil, yg duduk itu mas-mas/bapak2 yang masih seger. Bete ga ada yg nawarin tempat duduk, saya colek aja si mas-mas itu, " Mas, temen saya lg hamil nih, bisa ksh tempat duduk ga?". Dia sih berdiri cuma kyknya ga rela gitu deh. Mungkin kudu dicolek-colek dulu (duila, mang sabun colek :p)

    ReplyDelete
  24. prihatin banget... :(

    harusnya di dalam bus ada kursi prioritas khusus utk orang2 cacat, manula dan ibu hamil ya.
    klo ngga kepake baru yg lainnya penumpan umum bisa pake.
    tapi klo ada orang2 yg diprioritaskan, berikan haknya ke mereka.

    klo di jepang pake sistem seperti itu, baik di bus maupun kereta.
    bahkan, di bus antar kampusku ada kursi priorotas utk wanita (2 baris terdepan), biar ngga perlu rebutan ama cowok2.. hehehhe..
    trus pada jam2 rame bubaran kerja, di kereta2 banyak yg nerapin gerbong khusus wanita (sekitar 2-3 gerbong dlm 1 rangkaian kereta), biar ngga desel2an ama cowok2.

    hhmm... bukannya mbanding2in sih... tp rasanya ini bagus untuk ditiru kok. dan bukan hal yg ngga mungkin. demi kenyamanan bersama juga...

    ReplyDelete
  25. Realita bangsa kt saat ini. Ini menunjukkan bhw msh banyak yg hrs dibenahi, dan dimulai dr diri kt. Menebar cahaya2 kebaikan.
    Ini mengispirasi sy u/ membuat satu tulisan, nanti ditunggu ya mbak.

    ReplyDelete
  26. udah kenyang naik krl dlm keadaan hamil berdiri dari manggarai-depok
    bapak2 cueknya minta ampun, mbak-mbak biasanya pada tidur
    udah ngaku hamilpun (dan minta tempat duduk) dan harus dibantuin supporter orang sekitar yang nyuruh si bapak2 untuk ngasih tempat duduk
    itupun ngasihnya dgn gak rela sambil ngedumel.
    untunglah sudah kutinggalkan jakarta dan dunia kerja kantoran yg harus naik angkutan umum jk suwami lembur :)

    ReplyDelete
  27. aku kadang heran sama sebutan bangsa yg ramah ...karena kenyataan yg dulu hampir tiap hari aku lihat, hampir gak ada orang ramah yang sukarela membantu yang lemah (orang tua,wanita&anak2). pada cuek sama diri sendiri ..
    *menghela nafas prihatin*

    ReplyDelete
  28. Susah sih ya, peraturan dibikin juga belum tentu ditaati :(.

    ReplyDelete
  29. wah ga disana ajah kok Dee.. disini saya juga pernah ngalamin,
    ceritanya gini nih; pas thn Lalu mamie saya dateng kesini..naik Metro ( train city ) kebetulan agak penuh.karena mamie punya tekanan darrah tinggi, jadi beliau ga bisa berdiri terlalu lama..nah ada anak muda ( orang Algeria/arab) berumur sekitar 14 thn yg duduk dgn tenangnya..saya tegur dgn sopan supaya dia bersedia berdiri untuk kasih tempatnya untuk mama saya yg kebetulan sedang tidak fit.. eh si Ibu anak itu malah ngamuk ga terima si anak berdiri..dia malah bilang saya ga sopan segala..Lah??.... saya balas ngamuk sambil kasih tunjuk peraturan yg jelas2 terpampang diatas kepala si ibu itu..si anak muda sih bangun & dia ngerti banget...cuma mamie saya yg jadi ga enak..beliau emang ga mau ribut beliau mo ngalah tetap berdiri..tapi saya tegaskan supaya beliau tetep duduk.. biar gimana saya tetap ga mau kalah..Wong itu emang udah peraturan.. kalaupun dia ga suka dia bisa complain,silahkan aja sewot sendiri..saya ga peduli. si ibu tsb pake sempet bisik2 (lumayan keras..maksude kali biar saya denger ) bilang gini.." emang dasar orang china, ga punya peraturan"..lahh kok jadi rasis geto?.. tapi karena aku bukan china ya cuek ajah deh..hehehhehehe
    Menurut saya yg muda memang harus timbang rasa/toleransi kepada sesama.. Peace ahhhh

    ReplyDelete
  30. Yah begitulah suka dukanya naik angkot bukan... nikmati sajaaaaaaa... saya pun sering kali berdiri kalo melihat ibu2 dengan anak atau orang tua... abisssssss yang cowo2 ga ada yang berdiri siiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhhhhhhhh... hehehehehehe...

    ReplyDelete
  31. 3 mg ini aye malah lihat kebalikan dr Mbak Di, scra terpaksa naek busway di sana ternyata empati lebih kerasa dibanding kalo naek kendaraan umum laennya. Bahkan ada aza org (pria) meminta pria lain untuk berdiri demi seoarang ibu yang gak kebagian tpt duduk.

    *memang sih ada aza org org "ndablek" macam cerita di atas, namun biasanya yg udeh udeh kalo ada yg memulai (memberikan tpt duduk) yg laen pd ngikut. :D itu menurut saya yang 3 mg ini melakukan pengamatan cil cilan di busway :D

    ReplyDelete
  32. Huhehehehe, gue banget! Aku skr kek gini niy Mba waktu naik kereta ekonomi Depok Jakarta..........
    Banyaaaaaaaaaaak hal2 miris terjadi dan menyesaaaaaaaakkkkkkkkkkan, ihiks!

    ReplyDelete
  33. sama mbak suka miris...
    aku juga inshaAllah sama ama mbak Dee, mau dengan rela ngasih bangku ku ke siapa aja yg aku pikir lebih butuh... inshaAllah kita mulai dari diri sendiri dulu ya... aku agak apatis kalo mau merubah orang lain mah hihihi

    ReplyDelete
  34. Wah Mbak Dee, kalau gitu Me mesti siap-siap untuk berantem di fasilitas umum nich :-)

    ReplyDelete
  35. mba dee.. aku pernah berantem di kereta ekonomi, gara-gara disampingku *aku lg berdiri* ada ibu yang lagi gendong anak dan satu anaknya lg meluk kaki blio.
    di depan ibu tersebut ada sekelompok mahasiswa yang duduk. aku menegor mereka dengan sopan *menurut ku yah* untuk memberikan tempat duduk mereka ke ibu tersebut, tp aku kaget bangetss... si anak muda, cowok yang sepertinya keker abis, malah bilang "kita kan naek kreta sama-sama bayar mba.." cuih... aku langsung kesel bangets... untunglah ada ibu2x yang terbangun gara2x keributan kecil itu trus langsung kasih duduk ke ibu tersebut. si temen2x anak muda itu langsung salting gt... semua orang langsung maki2x mereka.
    hidup makin sulit, dan empati pun makin jd barang yang langkah :(

    ReplyDelete
  36. ho oh, akur, mbak. merasa bayar, maka hati nurani pun dikesampingkan.
    amiin, ya mudah2an orang2 yang mati rasa seperti kata mas pras mau baca. kalo gak, ya kita2 ini yang mesti lebih giat berkampanye soal itu. ya gak, mbak? ;)

    ReplyDelete
  37. hati2 lho, wik. dia mungkin sejenis cowok yang senang dicolek2. jadi, gak ngasi tempat duduk adalah cara biar dicolek, haha!

    ReplyDelete
  38. duuhhh...jadi pengen satu bus ama mba dian
    aku juga punya pengalaman serupa. boleh liat di http://owleyelfiana.multiply.com/journal/item/47/Nasib_Wanita_Hamil_di_dalam_Bus

    ReplyDelete
  39. membanding2kan untuk hal yang baik, why not, tin? bagus malah.
    bukannya banyak negara yang maju karena "mencontoh" kemajuan/kebaikan negara lain?
    cuma mental warga juga kudu dibentuk ya.
    kalo di bus transjakarta sih udah ada sign kursi khusus orang cacat, wanita hamil, orang tua, tapi kagak ngaruh, tin. ya itu, nuraninya dah pada mati kali yee.

    ReplyDelete
  40. ramah kan jaman dulu, mungkin jaman belanda hehe. saking ramahnya pas mo dijajah bilang: silakan... :D
    wallahu'alam ya, apakah karena himpitan hidup, masyarakat kita makin sulit beramah tamah?

    ReplyDelete
  41. apa kita mesti bukuin pengalaman2 kayak gini ya, shant? :D
    enaknya yang sudah tinggal jauh dari jakarta ;(

    ReplyDelete
  42. karena yang yang mestinya menegakkan malah loyo, mbak :)

    ReplyDelete
  43. hehe, itu bentuk kasih sayang ortu terhadap anak yang salah kaprah, ya, mbak.
    pake rasis pula, kalo ditanggepin bisa rame yak. halah, payah banget ya tu orang.
    makasih telah berbagi ya mbak

    ReplyDelete
  44. emang masih ada kok orang2 baik, man. saya juga beberapa kali dikasi tempat duduk kok, tanpa saya bawa anak kecil atau hamil (hamil ama siapehh? hehe). cuma yang soroti di sini adalah ketidakpedulian dan etika di angkutan umum gitu.

    ReplyDelete
  45. dan tambaaaaaaaah menyesaaaaaaakkkkaaannn....

    ReplyDelete
  46. betul, ci. dan coba mempengaruhi orang2 terdekat kita ya...

    ReplyDelete
  47. asiiik, pengen liat mba me berantem deh, hehe

    ReplyDelete
  48. mahasiswa2 kayak gitu emang perlu dimaki2, shin! yang kayak gini nih, ntar kalo udah lulus dan nyemplung ke masyarakat cuma mikirin diri sendiri.

    ReplyDelete
  49. makasih linknya, ully. udah saya baca :).
    kapan2 kita satu bus yuk *halah* :D

    ReplyDelete
  50. jadi, harus gimana donk mba?
    jadi makin mengkeret niy kalo tinggal di jakarta

    mba jangan desperado ya, tetep semangat. supaya semangatnya tertular ke kami-kami *sayah tepatnya*

    btw, pr kita masih banyak ya mba? banyak banget...:(

    ReplyDelete
  51. Saya melihatnya dari sisi lain: kalau saja segala sesuatu di Indonesia itu dipikirkan, diukur, direncanakan dengan baik sebelum diimplementasikan (melalui proses yang lazim). Saya pikir efeknya juga akan mengimbas pada fasilitas transportasi publik juga.

    Otomotatis karena proses pemikirannya lengkap, kapasitas kendaraan umum terukur, tingkat kemacetan terukur, frekuensi kedatangannya terukur, efek positifnya adalah menumpang kendaraan umum akan lebih nyaman dan manusiawi.

    Saya pribadi selalu merasa bahwa pemerintah khususnya yang mengurusi public transportation kurang manusiawi memperlakukan penumpangnya (bawa penumpang, kaya bawa karung!). Sampai hari ini saya tidak pernah menemukan studi tentang infrastructure yang layak, terbuka dan transparan di Indonesia.

    Saya percaya (meski belum 100%) bahwa jika manusia mendapat perlakuan manusiawi maka dia (hopefully) tanpa diminta akan memperlakukan sesamanya dengan manusiawi. Setiap kultur selalu perlu 'hero'. Saat ini Indonesia masih sibuk mencari 'hero' yang bisa ditiru, sehingga semua berjalan 'semau gue'.. terserahhh yang penting gue selamet! wah..

    Oops, asumsi ini tentu tidak berlaku bagi orang-orang yang sudah punya hati, punya inisiatif tinggi untuk berbagi, dll. Bagi saya, you are the heroes!

    ReplyDelete
  52. syukurnya saya jarang naek angkutan umum.. secara rumah n kantor cuman 300 meter. hihihihi

    ReplyDelete
  53. Insya Allah, kita terusin saja, ngasih contoh, kiri-kanan. Asertif seperti Dianti.
    Nggak apa giliran kita susah nggak ditolong, karena Allah nggak buta.
    Mendidik orang kiri-kanan.
    Menulis seperti ini.
    Apa yang bisa.
    Saya optimis, masih....masih ada celah perubahan. Insya Allah.

    ReplyDelete

Post a Comment