Rating: | ★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Afifah Afra |
Novel terbarunya ini juga bertutur mirip dengan trilogi BMdJO, yakni kisah cinta dibalut sejarah pergerakan Indonesia plus pergerakan Islam dengan setting Surakarta tahun 1930-an. Plot bertumpu pada RM Rangga Puruhita, putra seorang pangeran Keraton Surakarta, yang baru kembali dari Belanda setelah menamatkan kuliah ekonominya di Leiden. Panggilan nurani serta prihatin dengan kondisi bangsanya membulatkan tekad di hati Rangga untuk mengabdi dan membangun Hindia Belanda, dibanding tawaran profesornya untuk melanjutkan studi dan bekerja di Belanda.
Rangga langsung diterima bekerja di pabrik gula De Winst di Surakarta sebagai asisten administratur pemasaran, satu-satunya inlander di antara kulit putih lain yang memiliki jabatan cukup tinggi di pabrik tersebut. Tak usah heran, selain lulusan Leiden, ayah Rangga juga memiliki saham di pabrik gula itu. Rendahnya gaji para buruh pabrik makin menumbuhkan empati dan bibit pemberontakan dalam diri Rangga. Kepergian Tuan Biljmer, pimpinan De Winst, untuk melanjutkan pendidikan di Leiden, membuat bibit pemberontakan makin membulat di diri Rangga. Apalagi saat ia tahu pengganti Tuan Biljmer adalah Jan Thijsse, yang ternyata suami Everdine Kareen Spinoza, wanita Belanda yang sempat singgah di hati Rangga saat bertemu di kapal dalam perjalanan menuju Hindia Belanda.
Konflik makin berkelindan saat orangtua Rangga mengingatkannya untuk menikah dengan Rr Sekar Prembayun, gadis yang telah dijodohkan padanya sejak kecil—yang juga masih sepupu Rangga. Di satu sisi, hati Rangga masih tertaut pada Kareen, di sisi lain, Sekar pun ternyata tak sesuai sangkaan Rangga dan juga telah memiliki tambatan hati yakni Jatmiko, aktivis Partai Rakyat, anak saudagar kaya yang memilih hidup melarat demi idealisme untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Lalu muncul Kresna, pemuda ganteng yang cuek dan mbeling, yang mengaku kekasih Sekar. Juga Pratiwi, gadis 17 tahun yang menjadi perwakilan warga pemilik tanah yang tanahnya disewa De Winst.
Keberpihakan Rangga pada Pratiwi dan perjuangannya untuk menaikkan harga sewa tanah, membuatnya dipecat dari De Winst. Kehadiran Rangga dalam pertemuan Partai Rakyat membuatnya dituduh akan menggoyang kekuasaan Ratu Belanda. Pratiwi diperkosa. Sekar dipingit. Kresna menghilang. Dan penulis terus mengocok konflik cerita.
***
Afifah Afra adalah pendongeng yang piawai, begitu kata Izzatul Jannah, penulis senior FLP, dalam sebuah kesempatan. Dan De Winst, sekali lagi adalah bukti kepiawaian Afra dalam meramu cerita. Terlihat kematangan Afra menulis dibanding trilogi BMdJO. Dalam De Winst, Afra lebih “membumi” dan tak menggebu-gebu dalam menyampaikan pesan moril (baca: dakwah), juga lebih telaten mengembangkan karakter tokoh. Hanya saja, masih ada kelemahan logika cerita di sana-sini serta serba kebetulan.
Meski begitu, kehadiran novel berbasis (berbalut) sejarah, terutama sejarah negeri ini, patut diapresiasi. Sebab, tak banyak penulis yang mau bersusah payah melakukan riset, mencari data, dan kemudian menyajikannya dalam cerita yang menarik. Novel ini juga merupakan cara belajar (mengingat) sejarah yang cukup mengasyikkan, terutama bagi remaja--mungkin. Di dalamnya terselip perjuangan Soekarno-Hatta, Syahrir, juga Haji Samanhudi dengan Syarikat Islam—termasuk penyusupan komunis di dalamnya. Dan yang lebih penting, mengingatkan betapa hingga kini pun bangsa ini masih berada di bawah ketiak “penjajah”. Hasil alam dikeruk bangsa lain, rakyat semakin terjepit, serta pejabat yang makin terang-terangan korup.
De Winst
Penulis: Afifah Afra
Penerbit: Indiva (2008)
Tebal: 336 halaman
Ada yang gratis buatku, kah? ^_^
ReplyDeleteada, tapi nyapu, ngepel, nyuci, masak dulu yak di rumah ogut ;p
ReplyDeletepulang-pulang mbak
ReplyDeletelatihan goyang goloknya hari ini cukup sekian dulu :p
golok?? sekarang lagi latihan pake pedang, ciaatttt! haiyahhh!
ReplyDeletewuittt.... *merapal mantra terbang melayang*
ReplyDelete*lama ga perang-perangan yah*
Bener skali nih mba..
ReplyDeletemakasih buat review-nya mbak!!!
ReplyDeletepengen baca aja langsung...
tapiiiii....
hiks pengen baca, andai para penulis FLP meng ebook kan buku2nya...
ReplyDeleteaku pasti beli!
ass mbak dee. bukunya afifaj mmg keren. patut bgt diapresiasikan dan... DIBELI PASTI!
ReplyDeletesaya pikir afifah afra itu nama asli, ternyata..
ReplyDeletenovelnya tebal juga ya, mba.
mba, keprolifikan artinya apa?
ReplyDeleteralat: bukan Syahid Syahidah tapi Syahid Samurai, mba :D
*fans berat Afra* jadi ga mau baca reviewnya, cuma baca awal plus akhir aja, hehehe. tapi makasih udah ditampilin disini ya mba, jadi tau ada buku baru Afra. Seneng bangeeeeeeeeeet. Beli ah pas mudik
Ikutan lomba resensinya, Mbak Dee? Resensian Mbak sering kujadikan acuan, lho, sebelum beli-beli:)
ReplyDeletehaha, iya. tapi semalem keburu pulang seh, kalo kagak dijamin ogut yg menang ;p
ReplyDeletesilakan cari bukunya, sebulan udah cetak 2x tuh, alhamdulillah...
ReplyDeleteide yang menarik, ci. mudah2an bisa terealisasi suatu saat nanti ya
ReplyDeletesilakan beli, dym ;)
ReplyDeletehehe, namanya mirip ama mbak ya
ReplyDeletelumayan tebel, dan akan ada lanjutannya. kayaknya mo dibikin trilogi juga, atau minimal dualogi :)
prolifik=pengarang yang produktif, karyanya buanyak. keprolifikan itu istilah mba aja nambahan awalan dan akhiran hehe.
ReplyDeleteoiya, syahid samurai, kok bisa syahidah yak? hihi.
haha, kayaknya gak, mbak rini, secara afra udah adik banget :D
ReplyDeleteterima kasih banyak lho udah jadiin resensiku acuan, wah tersanjung nih ;)
Bintang 5 utk reviewnya, padat banget soalnya :-)
ReplyDeleteTossssssss sama Mba Rini :-)
ReplyDeleteyang di sini jadi gak melambung ;D
ReplyDeletetambah melambung, hihihihi
ReplyDeleteMbaaaaaaaaaa, PM yg kemarin itu dimunculin lagi dong, ada beberapa yg mau kusampaikan niy, pulsa HP nteeeeeeekkkkkkk, hehehe :-p
ReplyDelete