Becks Spends Big Bucks for Posh's B-Day
Enak banget ya punya suami ganteng, ngetop, dan baik hati. kayak David Beckham yang merencanakan an extravagant 33rd birthday celebration, including dinner di restoran keren, khusus untuk Victoria.
Pertama, Becks ngasih kejutan berupa koper yang ternyata berisi pakaian baru and then he whisked her off to Paris on a private jet.
Sampai di Paris, Becks, lagi-lagi ngajak Vic, private shopping di Christian Louboutin dan Azzedin Alaia. Dan diakhiri dengan berduaan sampai malam di Paris Ritz. OMG, is he for real?
Britney Spears Fires Her Manager Again?
Bukan cuma hobi belanjanya yang makin menggila, Brit juga hobi memeca manajer. Tahu kan, setelah memecat manajer barunya bulan lalu, ia kembali mempekerjakan mantan manajernya, Larry rudolph.
Ehh, belum sebulan kerja bareng, tahu-tahu Brit malah nuduh Larry sebagai sosok yang bikin kariernya rusak! Iya, Larry yang introduced Britney to socialite Paris Hilton, and encouraged them to get the party together.
Sebaliknya, pelantun Toxic itu rehired PR Guru Leslie Sloane Zelnik karena udah ngenalin dia ke Lindsay Lohan. Buatnya, Lindsay sangat membantu dirinya kembali berkarier.
Brit memang serius pengen nyanyi lagi. She has been busy working on her comebcak album and been attending regular dance class.
Brad & Angelina's Trial Separation
Gosipnya nih, Brad Pitt dan Angelina Jolie terserang "virus" bosan setelah tiga tahun jalan bareng. Biar bosannya hilang, their upcoming time apart as a trial separation of sorts.
Angelina pergi ke Prague untuk menyelesaikan film terbarunya, Wanted, sementara Brad tetap di LA menemani ketiga anak mereka. Mereka berharap perpisahan sementara itu bisa menghapus rasa bosan. This is really test for them.
Prince William & Kate Middleton, Split
Ladies... Prince William is single again. Dia dan pacarnya, Kate Middleton, putus setelah lima tahun pacaran. Putusnya baik-baik, caused by Prince William's career in the army dan konon karena tekanan pemberitaan di media. Tahu sendiri kan, spekulasi tentang pernikahan mereka yang segera digelar, gencar banget diberitain.
.....
===============================
Maap, bukan lagi gosip. Cuma lagi gemes aja dengan sebuah majalah remaja yang baru saja terbit (baru edisi ke-2). Nggak jelas franchise atau bukan sih (kayaknya iya). Perhatikan kalimat yang saya tebalkan dan garisbawahi di atas (saya kutip dari rubrik seleb--semacam itulah). Menurut saya sih kalimat tersebut bisa dengan mudah didapatkan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Saya bukan orang yang antipenggunaan bahasa Inggris dalam media cetak. Toh, kadang di majalah saya juga suka menyelipkan kata bahasa Inggris, tapi biasanya cuma kata kayak: so, so what?, okay, dsb. Itu pun kita coba kurangi. Lha wong bahasa indonesianya ada kok, bahasa Indonesia nggak segitu miskinnya dalam kosa kata deh.
Oke deh, masih wajar kalo sekadar menyelipkan semisal: weekend, for example, so touchy, so sweet, that's why, dsb. Tapi kalau kayak di atas, setengah kalimat indonesia-setengahnya lagi inggris, pusing saya bacanya. Itu baru satu rubrik lho, di rubrik lain bertebaran kalimat setengah Indonenglish seperti itu.
Coba nih judul-judul di sampulnya:
Shop 'till You Drop
- Where to shop di LA and London
- All occasions dengan Tube and Cardigan
- 12 Mix and Match
- Stuffs: Colorful skinny jeans, Clutch, Wedges, Earrings, Braceles, and may more...
All about films:
- Screen Babes: Mary-Kate and Ashley, Kirsten Dunst and Ririn Dwi Ariyanti
- Fashion terinspirasi dari karakter film
- Contek make-up and hair of film stars
Brilliant Girls in Music: Gwen, Aril, and Joss Stone
Seperti bukan majalah berbahasa Indonesia kan? (Tapi masih ada kata dan & dengan, ihik). Mau baca sebagian kata pengantarnya?
Whew! Nggak kerasa, sudah sebulan sejak terakhir kita ketemu. So nice and thanks a lot. Your attentions bikin kami tambah semangat membuat edisi kedua ini. xxxx (nama majalahnya) is back with more shopping catalogues, Pokoknya bakal jadi guide lengkap buat what's hot and where to shop on this coming month. Jangan bilang tahu trend sebelum check out our team's hot picks.
Itu cuma satu paragraf dari enam paragraf kata pengantarnya. Fuiihh!
Di rubrik mode:
- Oversize tops will be everywhere. Padankan dengan shorts dan big bag.
- Wedges masih jadi footwear paling sassy. Model terbaru adalah wedges mirip-mirip sneakers.
- The quilted chain bag dan tas mengkilap (the hottest colour is red!) masih jadi tas-tas paling stylish.
- Police cap bahan kulit bisa jadi aksesori unique (But we think the scarf is a bit much).
Saya kurang tahu ya kenapa mereka demen bergado-gado ria begitu. Apakah...:
- Biar keren?
- Gaul?
- Menginternasional? sekalian aja bahasa Inggris semua.
- Nggak pede sama bahasa Indonesia (kembali ke poin di atas, terbitin aja pake bahasa Inggris sekalian). Mungkin bahasa Indonesia kadang terlalu sederhana atau malah terlalu panjang untuk menjelaskan sesuatu, tapi nggak perlulah setengah-setengah kayak gitu.
- Strategi dagang? Kayaknya...
- Biar lebih akrab dengan anak muda? Ah, nggak harus seperti itu kan?
Ingat nggak dulu pernah ada penertiban penggunaan kata/kalimat berbahasa Inggris terutama untuk nama tempat, gedung perkantoran, mal, dsb? Cuma bertahan sebentar, sekarang mah bertebaran lagi tuh. Aih, aih... I nggak habis thinking deh :D.
hemm... kalo mau ambil positipnya, bisa buat belajar bahasa inggris mbak.. hehehehehe
ReplyDelete*jangan terlalu thinking mbak.. nanti malah puseeng :p
hehe, emang bisa buat belajar seeh, mas wib, tapi pusyiiiiiinggg.....
ReplyDeletehe.he.he.. m'Dee cinta mati ma bhs ind yah !!! hihihihi
ReplyDeletehehehe, sapa bilang? aku juga suka acak adul berbahasa indo (bisa dijitak ama om badudu). cuma aku binggung aja teh dengan pemakaian setengah2 gituh. dari beberapa majalah remaja (terutama franchise) yg aku perhatiin, nih majalah paling parah kayaknya.
ReplyDeletewaduh, ketipu..
ReplyDeletekirain tadi lagi nggosip.. sampai bingung, sambil mikir *hlooh.. mbak dee ngefans ama David beck*
ternyata sale..
setuju mbak, akyu kok pusying bacanyah...
reniii.... hetsotnya udah beda! ;) gimana walimahnya? alhamdulillah kayaknya lancar ya (dgn adanya perubahan hetsot hehe).
ReplyDeleteminta alamat lengkap dunk, ren. pengen kirim2 neeh. ada ngunduh mantu di jakarta gak? ;)
---
dari dulu gak pernah ngefans ama becks, ren. ngefansnya ama zidane, raul, casillas (lho, banyak hehe)
emang koyo ngono, rather rieut euy.. pegimane lagi, alstublieft aja dah
ReplyDeletedanke..... qeqeqe :p
Wah you aja pusing bacanya, apalagi I, That makes me bingung...
ReplyDeleteI wish, pake bahasanya yang better lah, biar comfort gitu liatnya....
(Halah....lagi bete nih, hari gene masih di kantor, nyelesein utang2 kerjaan)
jij bikin ik confuse aje deh... ;p
ReplyDeletewahahaha.... sorry awak udah bikin you bingung. kan asyiknya rame-rameee...
ReplyDeletemet ngutang eh nyelesein utang ya mbak lolly ;)
kalau menurut gue sih, itu hanya cara mereka mengemas majalahnya. Mereka sadar betul kalau semua frase, kata atau kalimat bahasa inggris itu bisa "dibahasakan". Tapi, memang mereka sengaja membuat kemasan penulisan yang seperti itu.
ReplyDeleteApakah itu dihalalkan? Agak absurd, memang, di era serba globalisasi ini. Tidak ada aturan baku jika majalah atau media manapun yang terbit di Indonesia harus menggunakan EYD, bahkan meminimalkan penggunaan kata serapan atau kata-kata asing sama sekali. Buktinya, sudah banyak kok media yang berbahasa inggris, bahkan bahasa mandarin.
Kemasan ini gue rasa memang mencoba untuk mengejar karakter majalah yang ngepop, gaya yang lahir dari pergerakan yang terjadi di masyarakat. Disadari atau tidak, kita udah banyak pake kata-kata asing kok dalam bahasa sehari-hari terutama untuk istilah-istilah yang lebih punya gaung dengan bahasa inggris (seakan tak rela kalau harus menerjemahkan----istilah mengunduh masih saja kalah populer dengan download, dll..)....
So, gue pikir sah-sah saja mereka mengemas seperti itu....Variasi pengemasan media. Anggap saja sebagai dampak globalisasi dan kapitalisme (karena pasar selalu menjadi raja).
makanya mbak dee kalau confuse pulang aja....
ReplyDeletengempie sambil tiduran qeqeqe :p
Hah.... kalo aku ngempi sambil tiduran kayak Ari.......bisa geger dunia persilatan (soalnya ngempinya di kantor neh...)
ReplyDeleteWuihh, panjang euy replynya Mas Ari. Makasih mas udah komen panjang :D
ReplyDeleteKata "absurd" kayaknya pas untuk menggambarkan hal ini. Memang tidak ada aturan baku sih, mas, tapi menurutku lebih ke penghargaan terhadap bahasa sendiri. Bukan berarti nggak boleh menyelipkan, tapi proporsi penggunaannya kali ya yang mesti diperhatikan. Mending sekalian aja pure bahasa inggris atau mandarin seperti contoh yang mas sebut.
hihihi... kaciaaan deh tu magazine, crisis identity kayaknya mbak :-p
ReplyDeleteemang mo pulang... bye-bye setiapbody, I got untuk go. see kamu tomorrow. sayonara...!
ReplyDeletesekali2 bikin geger dunia persilatan gitu, mbak. salam ya buat pendekar kapak naga :D
ReplyDeletehehehe...
ReplyDeletekalo kasih komentar campur-campur bahasanya gimana mbak Dee..???
ReplyDeletepusing juga gak bacanya ..:D
wuahhhh... kayaknya bentar lagi pemred majalahnya bakal reply nih..... :p
ReplyDeletepusing tapi bahagia mbak *apa coba? hehe*
ReplyDeleteheheheh... *tiaraaaap...*
ReplyDeleteNyindir ya Mbak DEE? Saya kan kadang nyampur tulisan dengan bahasa Inggris. Maksudnya biar belajar gitu.
ReplyDeleteAny way, by the way, bus away belum ada di Banda Aceh. Loh kok?
bang alfi mah gak separah majalah itu, hehehe...
ReplyDeletekalo buat belajar mending langsung bikin buat rubrik shorstory Annida aja, bang. dapet honor pula ;)
Setiap hari orang sudah asyik dengan bahasa gaul mereka yang mendunia, bahasa inggris. Entah apa alasan mereka, tapi diantara banyak yang masih menghargai bahasa indonesia. Apa yang mereka keluarkan dari mulut mereka hanya ekspresi, sekaligus pembebasan diri dari keterkungkungan; lelah dengan pekerjaan dan segala macam masalah dalam keseharian, mereka melepaskannya dengan tak ingin lagi terkungkung dalam bahasa. Ekspresi yang wajar....he...he....sama seperti gue yang suka ngomong seenak dengkul, nyampur-nyampur..
ReplyDeleteSetuju sih sama dirimu tentang penghargaan, yang sedikitnya bisa dimulai dari media. Kalaupun di masyarakat, fenomena berbahasa campur tak tertahankan, setidaknya media masih berjalan di koridor yang benar. Tapi, akhirnya orang-orang jadinya apatis, termasuk para pembuat kebijakan dan juga media. Kapitalisme seakan sudah sudah menyetir semua keputusan harus berdasar pada pasar. Repot. Semua orang kemudian berlindung pada ungkapan klise "penghargaan tak datang lewat simbol, tapi memang datang dari diri masing-masing". Diakui atau tidak, bagi banyak orang penghargaan bahasa lewat penggunaannya yang diharuskan sesuai EYD pada setiap kesempatan akhirnya menjelma simbol belaka.
Sorry, ya, kepanjangan lagi nih....he....he...he....
wah aku pikir cuman istilah-istilah atau idiom2 saja yg ada di majalah2 gawul itu. ternyata kok sampai terjadi dalam sebuah kalimat majemuk yg induk dan anak kalimatnya berbeda bahasa yaaaaa. wah wah.
ReplyDeletewah nyindir ya :-p
ReplyDeletehmmm....
ReplyDeleteDuuuuuu.... saya paling gemes baca bahasa gado-gado seperti itu. Gemeeeeeessss.... kalau buat saya, bahasa gado-gado seperti itu justru membikin si penulis tampil tidak percaya diri dengan bahasanya sendiri. Kenapa tidak sekalian saja bikin majalah berbahasa Enggres, begitu? Atau, bikin artikel yang terpisah sekalian..... ada bahasa Indonesia utuh dan ada bahasa Inggris utuh.
ReplyDeleteFenomena bahasa gaul yang merembes ke bahasa resmi buat saya sangat menjengkelkan. Apalagi selipan kata-kata nggak jelas seperti, "merit" (buat married), "uplot" (buat upload).... atau bahkan ML (buat "make love")... apalagi kalau yang bicara / menulis orang yang bukan ABG lagi.... kesannya seperti orang yang terfiksasi pada ke-ABG-an. Ingin "hip", tapi justru tampil tidak dewasa, tidak elegan, tidak cerdas.
Kapan ya, kita bisa punya bahasa yang berani tampil percaya diri diantara bahasa-bahasa lain di dunia. Hihihihi... mau menghapus "I speak bahasa" aja setengah mati. Itu juga satu contoh bahasa gado-gado yang logikanya tidak jelas.
Maaf ye... jadi ngomel-ngomel gini... :D
Bung, dimana kita bisa mencari terjemah kata-kata populer seperti ini. Saya pakai "menarik" buat download selama ini....
ReplyDeletembak dee, mungkin krn majalah ini majalah franchise, dia kelupaan menterjemahkan bagian itu ke dalam bahasa indonesia...nuduh nggak sih?
ReplyDeleteHihihi, saya juga ikut pusing mbacanya Mbak, ga enak buat dibaca tu rasanya.
ReplyDeleteAh, jadi tersindiiir...
ReplyDeletehe he he heh
*kesindiiiiiiiiir berat* :-p
ReplyDeleteAda sisi positif negatif kali ya Mba :-) tapi aku perhatiin novel cheeklit dan metropop juga begini kan Mba ya??? Sekilas liat kata2 sneak peek di halaman belakang di internet beberapa buku2 itu. Keknya bahasanya gado2 abis :-)
Di MP apalagi, spontan siy kecampur2 :-p
Dee...Aku pikir kalau memang ini bentuknya media resmi, memang sebaiknya harus ada tuh koridor rambu-rambu yang wajib dihormati, kalau nggak gitu lha repot, siapa lagi yang mau menghormati dan melestarikan bahasa nasional kita? Kecuali ada satu rubrik yang memang dikhususkan untuk bahasa gaul, kalau seluruh majalah modelnya gitu...weh gak bener banget!!...saya juga bahasa Indonesianya ancur...malah campur jawa, ngingris, betokaw...hehehe...tapi kalau mau publish untuk media resmi/ umum ya tahu dirilah...cari editor yang canggih...(maklum kemampuan berbahasa yang baik dan benar minim).....
ReplyDeleteefek MTV?
ReplyDeletetau ga dee?
ReplyDeletetempo hari ada penerjemaha buku yang bingung bin ajaib, dia menerjemahkan sebuah kalimat menjadi:
"Fitur tubuh gadis itu langsing ....."
**
Btw, mungkin itu memang selingkung majalahnya. Cuma kalo lihat obyek tulisannya sihy, ga masih nyambung lah dikit. Soalnya produk luar.
Coba deh penulisnya/editornya, suruh garap tulisan tentang bandrek, bajiur, sepatu cibaduyt, atau yang lokal jenius gitu. apa iya dia nggak akan terseret-seret dengan gaya donglish-nya itu?
**
Terakhir, sy baca tentang ciri kamu muda era kini (baca buku ekornya GPU deh), salah satu ciri anak muda sekarang emang menciptakan lingo sendiri. Dan tentu aja itu semua akan makin mantap karena dukungan media.
jadi, thonk lalieur atuh. base jam aja. kan udah bubar.
kalo aku sih fine2 aja dengan penulisan yang kayak gitu untuk sebuah majalah yang isinya penuh dengan hal yang gak formal2 kayak majalah remaja itu, tapi kalo nulis yang formal nyampur2 pake bahasa inggris kayak gitu, baru deh aku ngamuk! hihhihihi
ReplyDeletembak dian, kadang2 emang ada istilah inggris yang sudah punya makna khusus, jadi begitu diindonesia-kan orang jadi ga mudeng, maksudnya apa? misalnya shop till u drop. tapi kalo baca tulisannya mba dian, aku setuju bangget, majalah remaja tadi udah kebanyakan mencampurnya :-p
ReplyDeleteohya, kalo aku pake hp selalu pake yg bahasa Inggris, soalnya terjemahan bahasa Indonesianya suka ga ngerti, selain di tiap merek hp suka beda2 kosakata yang dipake. misalnya: setting, bisa jadi pengaturan atau setingan. jadi begitu ganti hp, aku suka bingung sendiri, makanya lebih aman pake yg bahasa inggris.
lagian, kita juga ga bisa bilang kosakata bahasa indonesia banyak sih...(tapi kalo untuk majalah remaja emang udah kebangetan sih), misalnya aja istilah2 untuk buku2 ilmu perpustakaan, dulu sempat dibahas sama dosen bahasa Indonesia di Fakultas Sastra, katanya dosen2 JIP suka seenaknya aja ngasih dalam bahasa Indonesia --dan jadinya suka ga konsisten--, abis emang buku ilmu perpustakaan dalam bahasa Indonesia kan masih jarang ya mba...waktu itu sih dosennya bilang, harusnya dibakukan secara resmi trus disosialisasikan biar resmi...hayooo, ribet kan
mbak dian, kadang2 emang ada istilah inggris yang sudah punya makna khusus, jadi begitu diindonesia-kan orang jadi ga mudeng, maksudnya apa? misalnya shop till u drop. tapi kalo baca tulisannya mba dian, aku setuju bangget, majalah remaja tadi udah kebanyakan mencampurnya :-p
ReplyDeleteohya, kalo aku pake hp selalu pake yg bahasa Inggris, soalnya terjemahan bahasa Indonesianya suka ga ngerti, selain di tiap merek hp suka beda2 kosakata yang dipake. misalnya: setting, bisa jadi pengaturan atau setingan. jadi begitu ganti hp, aku suka bingung sendiri, makanya lebih aman pake yg bahasa inggris.
lagian, kita juga ga bisa bilang kosakata bahasa indonesia banyak sih...(tapi kalo untuk majalah remaja emang udah kebangetan sih), misalnya aja istilah2 untuk buku2 ilmu perpustakaan, dulu sempat dibahas sama dosen bahasa Indonesia di Fakultas Sastra, katanya dosen2 JIP suka seenaknya aja ngasih dalam bahasa Indonesia --dan jadinya suka ga konsisten--, abis emang buku ilmu perpustakaan dalam bahasa Indonesia kan masih jarang ya mba...waktu itu sih dosennya bilang, harusnya dibakukan secara resmi trus disosialisasikan biar resmi...hayooo, ribet kan
Ho ohh...diriku juga confusing deh sista, maybe mereka thinking bla bla english lebih keren en high clazz...apalagi VJ MTV tuhhh...virus benerrr...gado2 mereka kali ya yang ditiru teenage gaoel like us hahaha....
ReplyDeletesaya jadi ingat dengan buku "Belajar Teater" dari Rendra. ada bab TIMING. dan rendra bilang: sulit sekali untuk mencari padanan katanya, dan kita sepakati saja agar timing menjadi bagian dari bahasa indonesia.
ReplyDeletesebenarnya, ada 2 hal dalam penerjemahan.
1. mencari padanannya dalam kosakata kita, baik diksi yang sudah mati atau kata baru. misalnya unggah untuk upload dan unduh untuk download. ada sangkil mangkus. atau blantika, cadas, ini sumbangan dari AKTUIL. atau surel untuk email (surat elektronik). malaysia memakai istilah tetikus untuk mouse.
2. menyerapnya. dan yang paling oke saya kira adalah aturan malaysia yang menyerap sesuai dengan bunyi yang terdengar, bukan dari tulisan. misalnya RESIT daripada RESEP. FESYEN. apalagi ya?
beberapa pilihan saja.
saya jadi ingat pak Sapardi: penyair itu menyegarkan bahasa. nah, sebagai penulis, apa yang sudah kita sumbangkan untuk memperkaya bahasa.
soal bahasa inggris yang susah diindonesiakan, selalu begitu dalam semua bahasa. ada bahasa indonesia yang juga sulit diterjemahkan ke bahasa inggris. atau bahasa sunda dan jawa ke bahasa inggris.
kata remy sylado, dia eneg dengan ynag "campur2 semua deh ada disini" itu. katanya, kalau mau inggris, sekalian total inggris. dan sebaliknya.
waah rame deh... gwadow-gwadoe (gado-gado) niih.
ReplyDeleteTuh, itu contoh kemerosotan kemampuan berbahasa (ciee..) kita. Sempat baca tulisannya om Badudu n om Jaya Suprana sih. Kata-kata seperti "keren, seru, gila, oke" sebenarnya jg mengaburkan makna sih.
Ck ck ck, anak muda jaman sekarang ya, bahasanya kacau.. Halooo pak dan bu guru.... helep dong heleppp... udah aja ribut-ribut soal UN-nya.
*tumben jg kaan rada panjangan komentarnya ^_^ *
wah.. baru tau tuh kalo bahasa majalah ABG sebegitu parahnya.
ReplyDeletethanks to mba dian yang telah mencukil sebagian kecil isi majalah.
"sekerat ular, sekerat belut"
Kalo englishnya kebanyakan jadi ga enak untuk dibaca. Rasa2nya ada yang ga pas.
Lama2 bahasa Inggris jadi bahasa resmi kali ya. atau malah bahasa gaul yg jadi bahasa resmi? gubrak! Jadi ingat teman yang meneliti bahasa-bahasa di Indonesia (daerah) yang sedikit demi seidkit punah karena udah gak ada penuturnya. Ada juga bahasa yg penuturnya cuma beberapa orang saja. Kalo bahasa Indonesia semakin gak jelas, dicampur aduk oleh penuturnya, lama2 bisa punah juga, wah gawat... lama2 kita gak punya identitas. Satu persatu identitas tergerus.
ReplyDeleteHehe, gak apa panjang, mas Ari, bagus kok opininya, memberi pandangan dari sisi lain.
nah itu yg bikin aku binun, kak ibah. kalo istilah atau idiom, oke deh bungkus... tapi kalo kalimat nanggung gitu? gatel kan... :)
ReplyDeleteih, yudi GR deh :p
ReplyDeleteehem... ehem... :D
ReplyDeleteoya, met miald ya fah, moga berkah usianya, semakin sholihah. amin allhumma amin.
Yap, hehehe, biar dianggep masih ABG kali, mbak. Kalo selipan kata2 gak jelas kayak ya mbak sebut, sepertinya faktor simpel aja kali yee, males nyebut lengkap, hemat energi, kita kan udah terbiasa ama yg instan2 (mie instan, kopi instan, kontes2 instan) :D
ReplyDeleteIya, setuju tuh, kalau mau bikin aja skalian artikel khusus bahasa Inggris, kayak di majalah Annida, hihihi *promosee jalan teruzz*. Miaauuuuuuwwwww...!
maap udah bikin pusing, hamba tak bermaksud seperti itu, hehe
ReplyDeletewakakaka... kadang dakyu emang suka pucing baca kalimat indonenglish dikau, mun, huihihi...
ReplyDeleteBanyak yg kesindir yak, hihi, ampuuun bukan hamba bermaksud... bener2 krn baca ntu majalah trus langsung deh nulis jurnal :)
ReplyDeleteIya, ma, segala sesuatu pasti ada efeknya ya. Chiklit, teenlit, metropop gayanya emang gitu, ma. Ada yg parah (kayak contoh2 kalimat majalah yg mba posting, ada juga yg masih mendingan).
Kalo di MP alias blog mah emang gado2 banged. Menurut mbak sih kalo blog kan konsumsinya masih terbatas ya, dalam artian, beda ama majalah yg emang dilempar ke umum. Meski efeknya tetep membentuk kebiasaan juga ya, apalagi skrg kan blog udah bukan hal yg aneh, bahkan banyak blog jadi rujukan.
Editornya gak bisa nerjemahin, Mbak hehehe...jadi ditulis bahasa aslinya wakakaka...
ReplyDeleteSaya kemarin dapat majalah lawas sebangsa Femina, Kartini, Paras dsb. Ealah...setiap halaman rubrik mode pake judul bahasa Inggris. Eh, tapi ada baiknya juga lho...temen saya yang non-Indonesia jadi ngerti dikit-dikit isi majalahnya apa (mereka tertarik dengan mode baju muslimah yang aneka ragam).
Eit...ternyata MP saya banyak yang gado-gado juga, terutama judulnya...maap...maap...nggak mikir sampe segitu sih, otomatis aja nulisnya.
Bagusnya emang gitu, mbak. Sebenarnya beberapa pihak juga udah gemas dan berusaha mengingatkan dan membuat rumusan, tapi masih banyak kebentur ini-itu, plus kurang serius, jadinya ya gitu deh, tambah gado2 aja bahasa kita :)
ReplyDeletemungkin ya, rul, cuma salah satu efek aja tapi...
ReplyDeleteso, media punya peran sangat penting ya untuk "meluruskan". gitu gak, mas? kalo medianya ikut2an, yah tambah-tambahlah...
ReplyDelete*kabuuuur, ada yg mo nagmuk... :D*
ReplyDeleteaciiiik... om ekky ngomong... *nyimak baek-baek... hehe*
ReplyDeleteuntuk cari terjemahan dari kata-kata populer seperti ini banyak di internet kok. Di toko buku, juga gue pernah baca ada kamus bahasa populer.... Untuk situsnya, gue lupa....maaf, ya....he..he....
ReplyDeletejadi maluww
ReplyDelete*nyumpuut*
yang kayak gituan mah ga bisa buat belajar bhs inggris. separo2 gitu, kan gak lengkap 1 kalimat. ntar klo dikasih 1 kalimat panjang yg full english, ga bisa mengartikan, mana subjek, objek, anak kalimat, dll..
ReplyDeletehal yg sama terjadi di korea. pada tergila2 english, sampe kayak gitu nulisnya, separo2. lagu2 popnya juga udah campur2 english-korea. hasilnya? gak bisa2 bhs inggris! dikasih kalimat2 dalam textbook kuliah, pada kesulitan. dikasih paper ilmiah dari luar negri, pada kesulitan. padahal waktu disuruh ngomongin kata per kata.. pada jago2 cari artinya.. (maklum ada kamus elektronik)..
yg penting kan pemakaian bahasa yg benar. bukan asal tempel sana sini..
Musti ada sangsi & penguatan aplikasi UU dilapangan. Selama hukum tak diindahkan dan tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dalam gaya hidup masyarakatnya, maka jangan heran kalau kesemerawutan dan ketidak tertiban bermunculan dimana-mana termasuk ketidak tertiban dalam berbahasa bagi media resmi...=). Jawaban utama sih simple, tapi praktek lapangan mumet...karena yang gak bener sudah menjadi majoritas, sehingga pergeseran norma yang salah menjadi "biasa & keren" sudah mendarah daging. Yang bener dibilang sok idealis dan dianggap edun....oooh Indonesiaku Indonesiana...sudah terbolak dunia disana...=(.
ReplyDeletekalo istilah yg susah dicari padanananya masih wajar, wit. cuma kalo campur aduk itu lhoh...
ReplyDeleteeh sama tuh, mba juga pake yg inggris di hp, yg indo malah aneh, hehe.
kalo kosa kata bhs indonesia sdikit, bisa serapan kali ya (spt yg kakakmu jelaskan wit, coba tolong dibaca reply abangmu huehehe...)
oo gitu ya, mba malah gak perhatiiin buku2 JIP, maklum udah selingkuh hihi. mending salah tapi konsisten kali ya (nah lho, kekeke)
kalo teenage gaul kayak mba dewi gimana yg aslinya? hihihi
ReplyDeleteiye, tumbeen... kayak ibu guru nih neng anna ;)
ReplyDeletesering2 dong panjang, asal jangan panjang tangan hihi
lho kok nyumput neng? ati2 ada kecoak di pojokan :D
ReplyDeletewah, gitu ya, nit? makacih udah sharing. nit. wallahu'alam tuh di sini, kudu ada surver kali ya.
ReplyDeleteyup... penegakannya itu ya, mbak. beragam aturan en hukum, tapi kalo gak konsisten dilaksanain ya sama aja bodong. ho oh ho oh, yg bener dianggap aneh, yg aneh dianggap bener, dunia emang aneh :)
ReplyDeletesaya lebih smurf kalau kita smurf saja semua smurf itu, yang smurf kan lebih smurf??!!! kekekek...
ReplyDeleteSecara kultural, sebagai identitas tidak ada bahasa yang lebih unggul dibanding bahasa lain. Secara sosiologis dan sosial psokologis, banyak teori yg bisa menjelaskan fenomena ini, baik yg 'kiri' maupun yg 'kanan'.
ReplyDeleteFungsionalis, misalnya, mungkin melihatnya sbg keniscayaan krn bahasa inggris saat ini memang medium komunikasi dan pengempangan iptek yg paling "populer".
Teori yg lebih sinis mungkin melihat fenomena in sebagai efek hegemoni sosio-kultural dari para 'penguasa dunia' saat ini. Di sisi lain, karena merasa tertinggal dari barat, kita memang mudah mengidap inferiority complex - sindrom orang2 yg "kalah" yg mencoba menjadi bagian dari sang "pemenang" atau sang "master" dengan meniru2 atribut2 mereka.
Itsna knows to have a second nail to back up anything but Itsna may not know the second nail is already rust away in the middle.
ReplyDeleteItsna I love you
ReplyDeletebahahahaha i found it laughably hilarious!!
ReplyDeleteJelas ada 2 kemungkinannnya, biar keren n krn susah nerjemahinnya ke bhs Indonesia... hi..hi..hi...
ReplyDeleteIyalah... repot cr padanan kata utk oversize top, quilted chain bag, police cap...
Cr jalan singkatnya aja.... :)
Kyknya tuh "magazine" Pengen jadi Cinta Laura Cetak kali Mbak... Supaya sounds more International gichuuu... "Or" pengen Go International kali kyk Agnes Monica... kekeke....
ReplyDeleteeh jd pengen komen lagi mbak.. kali itu majalah banyak nyomot artikel luar di mana penerjemahnya males, jadi masih banyak kalimat2 aslinya hehehe
ReplyDelete