Resonansi di Republika hari ini pas sekali dengan yang saya rasakan pagi tadi. Sedih, tapi lebih sedih bila sampai runtunan bencana membuat hati ini menjadi kebal. Menjadi biasa. Ya Rabb, jauhkan diri ini dari kerasnya hati kala musibah dari-Mu menegur diri...
=============================================
Kami Takut...
Oleh : Asro Kamal Rokan
Pesan singkat masuk
ke handphone saya: Apa yang terjadi pada bangsa ini, bencana terus
datang susul-menyusul. Apakah Tuhan YME sedang menghukum bangsa ini?
Lihatlah, kini Sumatra Barat yang diguncang gempa. Sejumlah orang
tewas.
Saya tak berani menjawab pertanyaan tersebut, karena saya --dan tentu
saja teman yang mengirim pesan singkat itu-- tak tahu kehendak Allah,
apalagi mewakili-Nya untuk menjelaskan alasan bencana demi bencana
terhadap bangsa ini. Secara ilmiah, mungkin ada alasannya. Namun, yang
pasti alam tunduk pada kehendak Allah, mereka sujud, tak pernah
membantah, apalagi menolak.
Ya Allah, bencana memang terus menerpa negeri ini. Media massa masih
memberitakan tanah longsor di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sebanyak
53 orang dinyatakan tewas. Sebagian ada yang belum ditemukan mayatnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono khusus memimpin rapat kabinet untuk
mengatasi akibat-akibat dari bencana ini, termasuk soal pengungsi.
Sehari kemudian, tersiar lagi berita yang menyesakkan. Belasan orang
tewas akibat gempa berkekuatan 6,0 Skala Ritcher di Sumatra Barat.
Ya Allah, dapatlah kami rasakan betapa orang-orang panik, berlarian
mencari tempat yang menurut mereka aman. Anak-anak dengan kakinya yang
kecil, ikut berlari tanpa mereka tahu apa yang terjadi. Ibu-ibu tak
sempat menyusui bayinya. Mereka sangat takut, takut sekali ....
Ya Allah, Kau Maha Tahu. Tolonglah kami, cukupkanlah sudah bencana ini.
Kami takut, bencana demi bencana ini menjadi suatu yang biasa. Tidak
lagi menggetarkan kami, tidak lagi membuat kami sadar betapa kecilnya
kami atas kekuasaan-Mu, tidak lagi membuat hati kami terketuk untuk
saling membantu.
Kami takut ini menjadi biasa, seperti kami telah terbiasa melihat
pengemis mengais tong sampah untuk makan, seperti kami terbiasa melihat
seseorang tewas akibat tabrak lari, seperti kami terbiasa melihat
polisi menerima sogokan Rp 10 ribu, seperti kami terbiasa melihat orang
tua memukul anak-anaknya, terbiasa mendengar kata-kata kasar dan
tahayul-tahayul di sinetron.
Kami takut ya Allah, bencana demi bencana ini menjadi suatu yang biasa.
Kami takut jiwa dan hati nurani kami menjadi kebal dan tidak lagi
peduli pada penderitaan saudara-saudara kami itu. Kami juga takut,
mencari-cari kesalahan pihak lain atas bencana ini, dan nauzubiillah,
kami takut mengaitkan bencana ini pada tahayul.
Ya Alllah, kami hanya bisa meminta: Tolonglah kami. Perkuat iman kami,
perkuat rasa cinta kami terhadap sesama. Kuatkan kesadaran kami bahwa
kami tidak berarti apa-apa, bahkan jauh lebih kecil dari sebutir debu
di gurun yang maha luas jika dibanding dengan kekuasaan-Mu, dibanding
dengan kehendak-Mu yang Mahaagung. Apalah kami ini dalam lautan kasih
sayang-Mu. Kami tidak berdaya ya Allah, sangat tidak berdaya.
Ya Allah, kami telah tersesat. Bencana demi bencana ini mungkin jalan
yang Kau tunjukkan untuk mengetuk Rumah-Mu, kami ketuk ya Allah dengan
segala kelembutan hati kami. Kami ingin masuk ya Allah, kami ingin
masuk, rebah di Kaki-Mu, sekarang juga ...
merinding mbacanya... :(
ReplyDeletetinggal tunggu yang lebih besar dan skala nasional ... tapi janji Allah pemusnahan bangsa macam kaum luth nggak akan ada sampai hari kiamat
ReplyDeleteiya mbak...tadi pagi ada lagi tuh..Garuda terbakar di Yogya..tinggal sayapnya doang..innalillahi..apa yang sedang terjadi?
ReplyDeleteiya net, semoga Allah selalu membuka hati kita ya... untuk kepeduliaan yang lebih apda saudara2 kita... gak cuma tercenung saat membaca koran dan nonton tv, seperti saya :(
ReplyDeleteya, bila bencana tiap bencana tak menyadarkan bangsa ini, saat kemaksiatan dan kejahatan dianggap biasa, Allah pun sudah berjanji, orang yang tak melakukan maksiat dan kejahatan pun akan terkena bila kita hanya berdiam diri....
ReplyDeleteiya mbak dewi, pas lagi baca resonansi republika ini, pas denger kabar garuda terbakar... lantas besok apa lagi?? bukan "meminta" bencana, tapi betapa selama ini kita sudah sangat jauh dari Allah, nikmat berlipat dari-Nya tak kita syukuri... :(
ReplyDeletelet's pray we are not there when it happens
ReplyDeletemau manusia seperti itu, tapi siapa yang dapat meramal kematian kita dan bagaimana cara kita mati, kecuali Allah semata. semoga ketidakberadaan kita bukan krn egoisme. terhindarnya kita dari bencana adalah bentuk kasih sayang Allah, so kalo gak bersyukur kebangetan *huhu, sering lupa bersyukur*
ReplyDeletehijrah ... tetapi tempat mana di bumi yang nggak ada maksiatnya? timbuktu?
ReplyDeletemakna hijrah saat ini udah bukan dalam konteks fisik lagi... kalo fisik mah yaa spt roel bilang. kemaksiatanpun sudah mengglobal....
ReplyDeleteKalau dalam konteks mbak deeyand "yang bener juga kena" gimana jadinya tuh?
ReplyDeletesampe nangis bacanya mbak....
ReplyDeleteAmieen Amieen...
ReplyDeletemudah2an semua doa kita di dengar Allah...
Membaca resonansi di atas memang merinding.
ReplyDeletemencermati negeri ini dari awal tahun sampai sekarang musibah demi musibah silih berganti seakan tidak akan pernah habis. Ada sesuatu yang salah mungkin dari negeri ini sehingga menyebabkan musibah terus mendera. Mudah-mudahan kita bisa memperbaiki diri terus
takut...bingung.....:-( thanks buat sharing mbak Dee....
ReplyDelete*nunduk terisak-isak* ada temen yang naik garuda mbak....alhamdulillah selamat. teringat diri yang seringkali sombong, takabur dan berucap, "ah, langgananku Garuda ini, gak bakalan kenapa-napa lah...kan bayarnya mahal, pasti maintenancenya bagus". ternyata.........
ReplyDeletesemoga 'tamparan' ini masih cukup keras untuk menyadarkan kesombonganku.....
ada di Qur'an tuh, tapi aku lupa ayatnya, roel. Intinya kalo orang bener (beriman) hanya berkutat pada dirinya saja, tak peduli pada sekeliling maka bencana pun akan rata ditimpakan. makanya mustofa bisri (cmiiw) pernah bilang: shaleh pribadi dan shaleh sosial. aku shaleh sosial masih jauuuh, shaleh pribadi juga gak :(, betapa Allah masih sayang banget sama diri ini...
ReplyDeleteSaya sedih sekali hari ini...
ReplyDeletejuga jadi semakin bingung, maskapai penerbangan apa lagi yang bisa dipercaya?
sekarang cuma bisa berdoa dan berserah diri, karena maut di tangan Allah...
lebih sedih lagi, kota masa kecilku juga kena gempa...
jadi teringat lagi dulu kami sering sekali terbangun tengah malam karena gempa, atau menghambur keluar dari ruang kelas karena gempa,
ahhhhhhh.......
mba, gimana dg pendapat yg blg, bahwa bencana itu bukti 'sayang'nya ALLAH pada kita, karena kita jadi diingatkan?
ReplyDeleteiya ya ...jangan-jangan hati kita makin tumpul, makin sulit untuk dibuat takut padaNya
ReplyDeletemakin lama menganggap segala bencana ini biasa saja, karena tidak dekat maka tidak terasa ...duh, jangan sampai deh ...
iya, ci, berasa banget ya kita masih blm banyak bersyukur...
ReplyDeleteamin allahumma amiiin...
ReplyDeletesampe berkaca2 bacanya..
ReplyDeleteaku jadi tambah takut..kalau kita jadi terbiasa dgn rentetan bencana..dan menganggap "ini takdirNya" tanpa berusaha membenahi diri:((
Kami takut, bencana demi bencana ini menjadi suatu yang biasa. Tidak lagi menggetarkan kami, tidak lagi membuat kami sadar betapa kecilnya kami atas kekuasaan-Mu, tidak lagi membuat hati kami terketuk untuk saling membantu.
ReplyDelete:((
ya, betul, mas. semua lini hrs diperbaiki. atas bawah depan belakang kanan kiri...
ReplyDeletesama2 mbak vanda...
ReplyDeleteiya, betul, mbak. kita emang perlu ditampar biar ngeh, disentil doank sering lupa... :(
ReplyDeletealhamdulillah teman mbak selamat ya. semoga korban yang tewas mendapat tempat terbaik di sisi Allah, yang selamat diebri kesabaran, amin.
iya mbak, mo naik apa aja risikonya sama. selain berserah diri, infrastruktur transportasi juga kudu dibenerin ya.
ReplyDeleteikut berduka ya mba atas gempa di kota masa kecil mbak. papaku juga org minang (bukittinggi). makanya pas liat di tivi sedih banget....
Gw tadi malam nyari tiket di Ramanta, jalan Angkasa. Penginnya naek Garuda mengingat banyaknya musibah pesawat belakangan ini. Tapi tiketnya bok, ekonomi tinggal class Y. 900 rebo lebih! Amit-amit.
ReplyDeleteTerpaksalah pilih Lion berhati singa yang harganya nggak sampe separuhnya. Alhamdulillah, pagi tadi mendarat di Surabaya dengan selamat pada saat yang sama Garuda di Jogja terbakar. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Kiranya "safety" itu bukan karena tiket mahal, maintenance yang ok, atau pesawat yang masih gress. Karena musibah dan bencana itu ada di ujung jari-Nya.
Semuanya berpulang kepada kenyataan bahwa ada Dia yang lebih berkuasa daripada kita -- yang senyatanya sering kita lupakan. Ia hanya ingin mengingatkan kita akan hal itu dengan semua kejadian ini.
Trima kasih Teh Dee, teguran yg sangat mendalam... Memang berasa banget, kl hati ini sudah tidak sensi lagi. Hiks:(
ReplyDeletemakasih ya mbak...semoga ketakutan ini membawa kita lebih dekat padanya...
ReplyDeletesetuju pak,
ReplyDeletetapi...jangan sampai alasan itu dijadikan pembenaran ketika terjadi kecelakaan atau musibah.
Bukankah manusia tetap harus melakukan amal yang terbaik sebelum takdirnya tiba. Kalau dianalogikan ke masalah transportasi, amal yang terbaik itu seperti yg Pak Bahtiar tulis: maintenance ok. Kalau sudah ok, masih terjadi hal2 yg tak diinginkan ya mau bagaimana lagi...
Bener, Fe, biar manusia tau kalo dia tuh gak ada apa2nya, biar kita menyadari kekuasaan Allah dan tersungkur mohon ampun. Bentuk pemberian kesempatan juga ya untuk memperbaiki diri. so, kalo gak mau memperbaiki juga, kebangetan yaa... manusia-manusia...
ReplyDeleteiya, shant... gak bisa ngebayangin kalo hati ini sampai tumpul, apalagi yg tersisa coba kalo hati aja udah bebal?? padahal ikhtiar terakhir u/ mengubah sesuatu a/ dari hati.
ReplyDeleteMakasihnya sama Pak Asro, teh :). kita emang mesti banayk ditegur yaa...
ReplyDeletecuma mbak, kalo itu terus yg dipegang, kali malah jadi alesan. "ah...ini bukti sayangNYA.."
ReplyDeleteMungkin, perlu juga di'tanamkan' bahwa bisa jadi musibah etc-nya itu bentuk teguran supaya semua pada takut...[termasuk diriku ini, huhu]
yup, setuju fe. kalo segala ikhtiar telah ditunaikan kemudian masih terjadi, ya dikembaliin ke Allah...
ReplyDeletetapi, bener gak Garuda maintenance-nya ok? ini kan hrs diselediki juga...
lho, kirain fe minta penekanan... hehe. makanya mbak jawab ya, tapi itu hanya satu faktor aja. melihat kondisi bangsa yg seperti ini, sapa pribadi ngeliatnya ya teguran... tapi, bukankah teguran juga tanda kasih sayang Allah? Kebayang gak kalo kita gak ditegur, Allah ngebiariiiin aja kita berbuat maksiat, merampas hak orang lain, gak pernah bersyukur dsb, trus nanti tinggal diitung di hari akhir? dgn adanya musibah, maka manusia kan jadi inget Allah (mesti abis itu lupa lagi, kayak aku :(. Allah pun ngasi kesempatan buat kita u/ berubah, buat kembali pada-Nya, buat menyadari segala kesombongan. Kalo gak sayang, Allah gak akan negur (terserah aje deh manusia mo bebruat apa, gitu kali)/ Maka musibah2 ini bener2 teguran buat yg masih hidup, ya kita2 ini. Aduh, bahasanya formil amat yak :).
ReplyDeleteho oh, mas, tapi lagi2 manusia suka "aneh2". baca di detik.com tentang sutardjo suryoguritno alias mbah tardjo yang bilang SBY & Sultan harus diruwat krn begitu banyak bencana yg terjadi. Tau gak sih kalo bencana2 ini terjadi juga krn salah urus. dan salah urus bukan 2-3 thn ini aja, tapi udah dari puluhan tahun lalu. Tanpa bermaksud pro SBY (yg aku yakin pusing 17 keliling) duuuh, toloong wakil rakyat kalo gak bisa ngasi pendapat yg menyejukkan dan cerdas, diem aje deh!
ReplyDeleteCoba nih, kata Mbah Tardjo: "Presiden SBY perlu diruwat, bsia di istana, bisa di Yogya, Parangtritis, karena bencana sudah cukup banyak."
ReplyDeleteYang lucu dia juga bilang: "Kalo presiden diruwat, wapres, menteri harus datang. Saya juga akan datang."
Gak tau mo ketawa atau sedih baca kalimatnya. Yg jelas miris...
amiiiin...
ReplyDeletembak Dee begitu membacanya..seperti sebuah tamparan..bagaimana saya selama ini seperti biasa saja saat membaca & mendengar musibah demi musibah...
ReplyDeleteya Rabb..semoga doa ini masih Engkau dengar...
amin allahumma amin....
ReplyDeletesaya juga mas bondan, bener2 ditabok :)
:(
ReplyDeleteaku juga takut:(
ReplyDeleteDari tarbiyah@usahamulia. Buat Febi :)
ReplyDelete============================
Cobaan dan ujian adalah sunnatullah yang Allah 'berlakukan' terhadap
hamba-hamba-Nya di muka bumi. Ada beberapa gambaran mengenai hal ini dari
Alquran dan hadits. Setidaknya seperti berikut.
1. Cobaan dan ujian adalah sarana untuk mengungkap keimanan seseorang;
apakah ia benar-benar beriman atau tidak.
"Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-Ankabut: 1-3)
2. Cobaan dan ujian merupakan hakikat dari kehidupan manusia di dunia.
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 1-2)
3. Cobaan dan ujian alat introspeksi diri dan pelajaran agar manusia dapat
lebih baik dalam beribadah kepada Allah swt.
Maka Kami hukumlah Fir`aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka
ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim.
(Al-Qashas: 40)
4. Cobaan dan ujian sebagai sarana peningkatan ketakwaan seseorang kepada
Allah swt.
Dari Sa'd bin Abi Waqash, aku bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai
Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?" Beliau menjawab,
"Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti para nabi, kemudian
orang-orang yang seperti mereka. Seorang hamba diuji Allah berdasarkan
keimanannya. Jika keimanannya kokoh, maka akan semakin berat cobaannya.
Namun jika keimanannya lemah, maka ia akan diuji berdasarkan keimanannya
tersebut. Dan cobaan tidak akan berpisah dari seorang hamba hingga nanti ia
meninggalkannya berjalan di muka bumi seperti ia tidak memiliki satu dosa
pun. (HR. Turmudzi).
5. Cobaan dan ujian merupakan salah satu bentuk cinta Allah terhadap
hamba-hamba-Nya.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Besarnya suatu pahala
adalah tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan sesungguhnya Allah
swt. apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka. Jika (dengan ujian
tersebut) mereka ridha, maka Allah pun memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa
yang marah (tidak ridha), maka Allah pun marah terhadapnya." (HR. Turmudzi
dan Ibnu Majah)
Tambahan :)
ReplyDelete===============
Berikut adalah di antara ayat-ayat Alquran yang berbicara mengenai bencana
atau azab yang menimpa suatu kaum kaum, termasuk diri kita.
* Penyebab terjadi azab atau musibah adalah lantaran mendustakan
ayat-ayat Allah. Padahal jika kita beriman, Allah akan membukakan
pintu-pintu keberkahan baik dari langit maupun dari bumi. (Al-A'raf: 96)
* Penyebab terjadinya bencana atau musibah adalah lantaran manusia
menyekutukan Allah dengan sesuatu (baca: syirik), seperti mengatakan bahwa
Allah memiliki anak.
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak."
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar.
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan
gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. (Maryam: 91)
* Allah timpakan bencana kepada kaum yang tidak mau memberikan
peringatan kepada orang-orang dzalim di antara mereka.
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya. (Al-Anfal: 25)
* Dalam hadits juga digambarkan bahwa azab dan bencana itu bisa
bersumber dari kemaksiatan yang akibatnya dirasakan secara sosial. Di
antaranya adalah perbuatan zina dan riba.
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah
suatu kaum mereka melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina,
melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka." (HR.
Ahmad)
huhu...mbak makasih ya, jazzakillah khair katsiir
ReplyDeletejangan-jangan fe salah seorang yg menyebabkan terjadinya musibah ini....:((
itu hal yang paling intan khawatirkan.kemarin chatting sama teman, kok biasa aja. ya intan bilang, kali hati udah begitu bebal dgn bencana hikssssssss.
ReplyDeleteYa Allah... smoga hatiku tidak jadi semkain tumpul....
ReplyDelete:(
semoga bencana ini jadi titik balik ke arah kebaikan
ReplyDeleteAstaghfirullahal'adzim.....
ReplyDeleteastaghfirullah...
ReplyDeletebener banget yg mbak tulis itu
teguran juga bukti sayangNYA
merinding bacanya, mba.....
ReplyDeletekita memang harus banyak muhasabah ya
baruuuuuuuu aja Levina skr Garuda...hiks....
ReplyDeleterapat, fe, ntu bukan mbak yg nulis, hasil search di google kok :)
ReplyDeletehmmmm yup!.....lama-lama hati kita jadi 'imun'
ReplyDeleteHiks hiks hiks :-(
ReplyDelete*disini Indonesia jadi pemberitaan terus di BBC krn musibah beruntun ini* :-(
ikut prihatin dan spesles Yan..
ReplyDeleteps: rmh MPmu baruuuu..:) ato aku baru tau ya Yan?
hehe, iya, baru otak-atik, dapet dari customizedthemes, mbak.
ReplyDeleteoya, japri-nya dah aku trima, lagi dibaca neh ;)
indonesia jadi beken ya, ma, tapi dengan kepiluan :(
ReplyDelete