Keikhlasan Cinta Diana

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Diana Roswita, dkk
Judul: Keikhlasan Cinta Diana
Pengarang: Diana Roswita, dkk.
Penerbit: Syaamil Cipta Media (2005)

Bagi seorang penulis, karya adalah salah satu jejak nyata yang dapat ia tinggalkan setelah wafat. Apalagi karya yang mencerahkan, yang membawa kebaikan, maka itu juga bentuk amalnya, yang insya Allah akan ikut menerangi di alam kubur.

Buku ini berisi cerpen-cerpen "terakhir" Diana Roswita, pendiri dan penggiat FLP Aceh yang syahid bersama dua putra kembarnya akibat keganasan tsunami, Desember 2004. Berbeda dengan beberapa bukunya yang terbit terdahulu yang lebih banyak bertutur tentang dunia remaja; Bidadari El-Rijal (novel), Lukisan Sakura (kumcer), Impian Jacqueline (kumcer), dan Suci (novel), maka buku ini adalah tutur Diana tentang dunia penuh warna bernama pernikahan.

Ada 6 cerpen Diana dalam buku ini. Asti, Keikhlasan Cinta Diana, Saat-saat Pertama, Sepatu-sepatu Cinta, Pilihan untuk Yuniar, dan Kesetiaan. Semua bertutur renyah tentang kehidupan pernikahan. Tentang lara pasangan yang tidak dikaruniai anak dan akhirnya sang suami berniat poligami. Tentang kecemburuan istri ketika sang suami bertemu dengan kekasih masa jahiliyahnya. Tentang bahu membahu dalam membangun rumah tangga. Tentang istri yang bekerja dan lantas terlena hingga melupakan tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Juga tentang kesetiaan seorang istri, yang lama ditinggal pergi sang suami, hingga puluhan tahun kemudian sang suami muncul di hadapan.

Diana adalah penulis yang sederhana, namun dengan jiwa mujahid yang kental. Cerpen-cerpennya ditulis dengan bahasa sederhana, dengan diksi yang sederhana, lantunan cerita yang sederhana, linear, tapi dengan pesan yang kuat. Diana bukanlah tipe penulis yang asyik bermain dengan estetika sehingga lupa pada pesan. Diana adalah penulis yang mengutamakan nilai moral yang ingin ia sampaikan. Pembaca pun tak perlu berkerut merut membaca cerpen-cerpennya. Membaca cerpen-cerpen Diana dalam buku ini akan menyisakan perenungan, mata berkaca, mungkin juga tetesan airmata.

Oh ya, karena untuk sebuah buku 6 cerpen kurang tebal, buku ini dilengkapi juga dengan beberapa cerpen penulis pria; Halfino berry (Uda-ku satu ini jarang nulis cerpen, tapi sekalinya nulis lumayan bagus lho ;), Sakti Wibowo, dan Tasaro. Cerpen Sebuah SMS yang Tak Sampai (Halfino), Boneka Sepi dan Lelaki dengan Sayatan Luka (Sakti Wibowo), serta Bulan Pulang Terlalu Siang dan Penelope (Tasaro) melengkapi haru biru kisah-kisah pernikahan dalam buku ini.

Menutup buku ini, saya terbayang wajah Diana. Saya tak pernah bertemu Diana, tapi seakan wajah itu nyata di hadapan saya. Karya-karya Diana membawa saya mengenalnya, mencintainya. Masih ingat tsunami setahun lebih lalu, kala simpang siur berita syahid beberapa penulis FLP dari Aceh membuat saya dan teman-teman harap-harap cemas. Sempat terbetik bahwa Diana selamat, setelah berita tentang kesyahidannya. Namun berita terakhir membuat kami terpaku, ya Diana selamat... jasadnya. Kala banyak korban tsunami yang tak ditemukan jasadnya, selamatnya jasad Diana adalah sedikit pelipur lara. Kemudian Mbak Asma merangkul saya saat kami (FLP) mengadakan acara mendadak pengumpulan dana, menangis di bahu saya, dan mata saya pun mengembun, kami nangis bareng.

Dan, waaaa... nulis ini saya jadi nangis lagi *cengeng mode*.

Comments

  1. wah harus beli tuh. biar semangat nulis lagi. :-)

    ReplyDelete
  2. iya, beli, ko :). semua royalti penulisnya disumbangin buat keluarga diana

    ReplyDelete
  3. Saya jadi ikutan nangis juga. Kalau teringat Tsunami...duh, :((

    ReplyDelete
  4. hatiku juga tergetar, mataku panas menahan airmata padahal raga belum pernah berjumpa dengannya. Seperti itukah kala mendengar berita tentang sang syuhada?..

    ReplyDelete
  5. Suatu keganjilan katanya mbak Diana ini pernah ingin menerbitkan karyanya dengan judul "Aku ingin pulang" dan bertentangan dengan editor karena pilihan juul ini, kalo gak salah saya baca dibukunya "Menulis bersama HTR". Harap menemukan buku ini di toko buku liburan ini, buat mbak Dee salam dari jauh...

    ReplyDelete
  6. Mas Asiandi, buku "Aku Ingin Pulang" bukan buku Diana Roswita, tapi karya Nevi Yuli Safitri yang juga pengurus FLP Aceh, yang juga syahid dalam tsunami bersama suami dan anak yang dikandungnya. Nevi memang menulis buku itu sebelum tsunami, dan dia belum sempat tau bahwa bukunya terbit karena Allah keburu sayang pada Nevi dan mengambil kembali dalam dekapannya. Semoga karyanya tersebut menjadi amal Nevi yang memberatkan timbangannya di yaumil akhir nanti. Amin.

    ReplyDelete
  7. Salam.. sy sahabat almh Nevi... sy ingin mencari buku aku pulang karya nya tp sampai saat ini belum berhasil. Nevi pernah berkata ingin memberikan buku itu ke sy kalau kelak sdh terbit... tp belum sempat. Dan sy keburu pindah ke pulau jawa ini. Sy juga pernah bertemu sosok diana saat menemani sahabat sy nevi menemui nya. Sy kagum dg diana.. dia meninggalkan tamu hanya untuk melaksanakan sholat. Bahkan sholat sunnat sekalipun. Luar biasa... setelah itu ia muncul lg dan bisa menyambut dan melayani tamu nya lagi. Smoga amal ibadah diana dan sahabat ku nevi di terima di sisi Nya... amin.

    ReplyDelete
  8. Salam.. sy sahabat almh Nevi... sy ingin mencari buku aku pulang karya nya tp sampai saat ini belum berhasil. Nevi pernah berkata ingin memberikan buku itu ke sy kalau kelak sdh terbit... tp belum sempat. Dan sy keburu pindah ke pulau jawa ini. Sy juga pernah bertemu sosok diana saat menemani sahabat sy nevi menemui nya. Sy kagum dg diana.. dia meninggalkan tamu hanya untuk melaksanakan sholat. Bahkan sholat sunnat sekalipun. Luar biasa... setelah itu ia muncul lg dan bisa menyambut dan melayani tamu nya lagi. Smoga amal ibadah diana dan sahabat ku nevi di terima di sisi Nya... amin.

    ReplyDelete

Post a Comment