Ada Rindu di Mata Peri

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Asma Nadia (LPPH, 2005)
Ken selalu merindukan ibu. Dalam 16 tahun hidupnya ia tak pernah mengenal sosok seorang ibu. Kalaupun kemudian hadir Mama Alia, yang dinikahi ayahnya, Ken tetap tak mendapatkan sosok ibu yang ia damba. Awalnya ia bahagia ketika Mama Alia hadir, dengan dua anak seusia dirinya, Cantik dan Anggun, namun kenyataan berbicara lain. Kehadiran Mama Alia, Cantik, dan Anggun malah lebih banyak membuat sakit di hati Ken. Mbok Nah-lah, pembantu yang sangat sayang kepada Ken, tempat Ken mengadu dan mencari kasih.

Ken hanya tahu ia ditinggal sang ibu saat usianya baru satu tahun. Sampai suatu hari saat Ken tepat berusia 17 tahun, Mbok Nah membuka rahasia yang selama ini ia pendam. Rahasia yang selama ini disembunyikan oleh semua orang, termasuk Papa.

Ken masih memiliki ibu. Benarkah? Maka Ken bertekad mencari kasih itu. Ia memulai menapak jejak kasih itu, jejak surga.. Dapatkah Ken bertemu dengan sang ibu, ataukah sang ibu benar-benar telah…?

***

Ide cerita ArdMP sebenarnya biasa. Tentang anak yang ditinggal ibu dan merindukan kasih sayang ibu. Tinggal bersama ibu dan saudara tiri yang menyebalkan, hidup berada namun gersang karena ayah yang kurang perhatian. Biasa memang. Tapi Mbak Asma memang pengarang yang terkenal gape mengemas ide-ide biasa dan sederhana menjadi cerita yang memikat.

Kekuatan novel ArdMP menurut saya adalah gaya bahasanya yang mengaduk emosi. Endingnya yang mengejutkan juga membuat saya tercenung sehabis membaca. Meski agak sedih, namun Mbak Asma banyak menyelipkan dialog-dialog segar dan cukup lucu pada tokoh teman-teman Ken. Iwan, Upi, dan Neta. Saya jadi inget novel serial Mbak Asma Aisyah Putri, karakter teman-teman Ken agak mirip dengan teman-teman Aisyah Putri. Sedangkan suasana sendu novel ini mengingatkan saya pada novel Mbak Asma yang lain, Derai Sunyi. So, ArdMP seperti gabungan Aisyah Putri dan Derai Sunyi, hehe. Nggak juga kok, ArdMP tetap memiliki karakter tersendiri. Terutama nuanda fotografi dengan Kaka sebagai tokohnya. Oh ya, unsur fotografi juga membuat novel ini lebih kuat. Seakan-akan konotasi dari Ken yang rindu potret sesungguhnya sang ibu (bener nggak, Mbak?? Hehe)

Tokoh Cantik dan Anggun juga memperkuat cerita ini. Meski menyebalkan, tapi cukup memperkuat novel. Memang sih jadi karakter tokoh Cantik & Anggun banyak kita temui di sinetron-sinetron remaja sekarang. Alhamdulillah Mbak Asma cukup proporsional ‘mempermainkan’ tokoh ini, jadi nggak berlebihan kayak tokoh2 di sinetron2 yang keliatan nggak manusiawi banget. Begitu juga tokoh Adji yang cuek dan helpful (karena ternyata memiliki masa lalu tentang ibu yang juga pahit).

Memang ada beberapa kelemahan (menurut saya), yakni logika cerita ketika tiba-tiba sahabat-sahabat Ken (Upi, Neta, Kaka, Adji) menyusul Ken ke Yogyakarta, padahal kan Ken dalam pencarian ibunya berpindah-pindah, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Ken nggak mau membalas sms teman-temannya, so tahu darimana sahabat2nya? Dari Adji? Nggak mungkin juga. Tokoh Adji juga seperti tempelan (hiks, maap Mbak). Maksudnya, kurang dieksplor lebih dalam (kalo lebih dalam ntar tokoh utamanya Adji yah, mbak? :D). Atau mungkin mau ada lanjutannya ya, Mbak? Soalnya dengan ending seperti itu, sepertinya novel ini memang ada kecenderungan untuk dilanjutkan, dibikin trilogy kali ya Mbak? :).

Nih novel recommended deh (dari saya, hehe). Habis baca novel ini bakal lebih sayang deh sama emak :). Apalagi yang udah nggak punya ibu atau bahkan yang hanya tinggal ibu ortu yang tertinggal (seperti saya, hiks).

Novel ini juga cukup tebal (buat ukuran novel-novel karya pengarang FLP), so harganya agak lebih sedikit, tapi rasanya nggak rugi deh dibeli. Hihi, bantuin promo siapa tau dapet komisi ;).

Maaf ya buat Mbak Asma kalo ada yang nggak berkenan dari komentarku. Lup yu ;).

Comments

Post a Comment